Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Guru Minda (10)

26 September 2020   14:57 Diperbarui: 26 September 2020   15:06 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jip pertama berisi aku, Guru Minda, Purbasari yang berkeras ikut, karena ingin menyakinkan kakaknya Purbaendah dan juga aku ingin tahu apa maunya Bagus Sucahyana dari mulutnya sendiri, bukan menduga-duga. Di Jip itu ikut Samuel Wanggai,  Ambu dan prajurit Tika Dayanthi, serta dua pengawal Purbasari.  Kami juga bawa dua robot anjing.

Pada Jip kedua, dikemudikan Mamo, ada prajurit Pratikto, serta Serma Malik, Gigin dan dua prajurit Purbasari.  Jip itu juga dilengkapi dengan dua robot anjing. 

Sementara teteh Ira dan teteh Mayang mengendarai motor capung terbang, diikuti teteh Sisil dan seorang prajurit Purbararang.

Di darat, pasukan gabungan Purbasari, Purbakencana dan Purbadewata, bergerak dengan kuda dan diperkirakan empat jam setelah kami tiba.

Sejauh ini aman radar virtual di jip menggambarkan denah kota  dengan berapa titik oranya tandanya ada kerumunan manusia.  Lokasinya di sekitar tempat yang dulunya alun-alun dan kemungkinan Jalan Braga dan Suniaraja, lalu ada di kawasan Cicendo, Dago, dan sebagian lagi di sekitar Gedung Sate dan berapa titik kecil.

Pertanyaannya di mana Bagus dan Purbaendah berada dan di mana Indrajaya dan sisa pasukan asing itu dan kerumunan lain siapa?

"Kalau bukan orang Atlantis, orang-orang asing itu dari mana? Apakah seluruh peradaban  Bumi runtuh dan tersisa para warlord yang bertebaran untuk bertahan hidup dan orang asing itu keturunan Warlord dari Eropa atau Amerika?"  tanya Samuel.

"Kita cari tahu nanti."

Kami memutuskan mendarat di alun-alun bagian selatan.  Tampak lapangan rumput yang terbengkalai. Rumput sintetis  dalam dokumen sejarah, ternyata masih ada sebagian dan di sela-selanya ditumbuhi rumput liar dan ada yang bopeng. 

Masjid Agung relatif utuh, terawat tetapi relatif tua. Itu pertanda ada yang masih salat.  Ada bangunan di pinggir alun-alun timur terbengkalai tetapi utuh.  Namun bangunan di Timur gedung tinggi  sebagian besar runtuh.

Berapa orang menyaksikan kami dengan pakaian yang berbeda dengan orang Pasir Batang.  Entah pakaian abad ke berapa.  Mereka tidak menganggu. Kami menyebar menuju utara dari arah Barat dipimpin Serma Malik dan bagian Timur dipimpin Samuel di mana aku dan Purbasari serta Ambu ikut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun