"Percaya. Nggak ada pilihan!"
Teteh Ira dan tetah Mayang mengangguk. "Kami dibolehkan ikut? Kanaya menunggu di sana?"
Aku mengangguk.Â
Rapat memutuskan Samuel, Sisil, Mamo mengikuti dari jauh. Â Kami tidur di rumah yang terbengkalai tetapi masih bisa dihuni untuk pertama kali bagi siapa pun, baik orang Pasir Batang, maupun dari Titanium, tempat tidur asing. Â Rumah yang hanya bisa kami lihat dalam dokumentasi sejarah.
Irvan Sjafari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H