DUA
Aku mendapatkan diriku di tengah hutan. Gadis berkebaya hijau muda itu dengan kain berwarna sama dan kain hijau tua berjalan tertatih-tatih tak jauh dariku. Â Aku menghampirinya. Kami berhadapan dan pertama kali saling terpekik. Wajahnya ada bintil-bintil dan dia juga melihatku dengan terkejut.
Pukul 4 sore. Â Aku terbangun. Mimpi itu lagi. Tubuhku terasa bugar sekali. Lalu aku menengok Bagus yang masih terkapar.
"Aa, ada konser di alun-alun. Mau nonton nggak? Temanya tentang mengenang  Bandung di Bumi. Ada penyanyi kesayangan aa, Lintang Renita!" suara cempreng Mitha juga membuat Bagus terbagus.
Ya, aku lihat sepintas di Inilah Preanger ada konser musik dengan semua pengisi acara yang mencover lagu-lagu bersejarah di Kota Bandung. Kota yang tidak pernah aku lihat dan juga jutaan penduduk Koloni Preanger turun-temurun.
"Baru tahu, anjeun suka sama penyanyi jazz itu."
"Iyaaa...aku suka dia, geulis wajahnya, cantik suaranya, tetapi dia bukan impianku. Kabarnya penyanyi aslinya di Bumi juga cantik."
"Oh, ya ada band Caramell. Kalau itu suka lagu swing, ada band cadas Zia and Co, yang gemar menyanyikan lagu dari sebuah band cadas  kodang dari  Kota Bandung waktu Bumi masih eksis," kata Bagus sambil menguap melihat ponsel tiga dimensinya dan memperlihatkan jadwal acaranya. Â
"Band Caramell, kan yang vokalisnya menyanyikan mars Persib itu waktu di stadion?"
"Iya, Â dia juga meniru band yang dulu mempopulerkan lagu-lagu swing yang manis waktu Bumi masih eksis," ungkap Bagus.
"Waktu Bumi masih eksis? Mmh...ya,  band itu menurut sejarahnya punya komunitas yang luar biasa.  Kalau Zia  & Co, itu maksud anjeun, mencover kembali lagu-lagu  band  cadas dari Ujungbereung yang legendaris itu? Sejarahnya luar biasa,."