Di tengah pandemi Covid-19 ini SIP Publishing meluncurkan kumpulan cerita pendek dari kelas menulis bersama Gol A Gong bertajuk "Orakadut Jadi Tokoh". Awalnya kelas menulis ini direncanakan secara luring namu  diubah scara daring karena pembatasan sosial yang harus dilakukan.
"Menulis adalah pelarian yang sempurna di kala kita "terkurung" sendirian di dalam kamar," tulis Gol A Gong dalam blognya "Golagongkreatif".
Tidak mengherankan sebagian cerpen yang terkait Tentang Tokoh ini mencerminkan situasi pandemi Covid-19.
Di antaranya cerpen yang ditulis Widya Yustina bertajuk "Handphone" yang bercerita tentang seorang muris SD bernama Amin yang tinggal di sebuah desa yang tidak disebutkan daerahnya, tetapi bisa saya tebak itu kawasan Priangan karena disebutkan Amin bermain di curug (air terjun dalam bahasa Sunda) dan tampian (tempat mencuci sekaligus mandi, yang memanfaatkan bambu liar).
Mulanya situasi lancar hingga suatu hari Amin tidak bersekolah. Ibunya seorang janda miskin hanya tamatan SD menjadi cemas dan menanyakan mengapa tidak sekolah.  Percakapan antar ibu bernama Sukiah dan anaknya menarik, tanpa perlu menggurui apa itu virus  Covid-19. Keduanya sama-sama tidak mengerti, tetapi merasa terdampak.
"Katanya ada virus, Mak."
"Virus? Apa itu Virus?"
"Virus itu yang bikin badan kita jadi lemah, Mak, jadi sakit."
"Kamu sakit?"
"Enggak,Mak."
"Terus kenapa Enggak Perlu ke Sekolah?"