Ada sebuah adegan yang menarik betapa orang  Amerika Serikat benar-benar egois, ketika istri In Chang yang hamil  bersama Prof Kang, tidak diprioritaskan untuk dievakuasi dari pelabuhan Inchon, hanya warga AS lebih dulu. Padahal sang istri sudah diberi surat dari pemerintah Korea Selatan untuk dievakuasi sebagai syarat In Chang menjalankan tugas. Oh, ya sebagai catatan sejarah  Inchon itu titik pendaratan Jenderal McArthur sewaktu membebaskan korea Selatan dari agresi Korea Utara pada 1950-an.
Sementara dalam sebuah  adegan lain Lee, sebagai orang yang pernah bekerja dengan Tiongkok merasa bahwa dia akan diselamatkan bersama putrinya kalau mau melaksanakan agenda yang diberikan padanya.  Peristiwa ini membuat Lee mempertanyakan keberpihakan selama ini benar atau tidak? Sebaliknya In Chang juga mempertanyakan apakah yang ia lakukan demi Korea Selatan atau agar dia dan istrinya bisa berkumpul dan melihat anaknya lahir.
Sosok Presiden Korsel yang tadinya hanya menjadikan kemungkinan 3,sekian persen kemungkinan dari Kang menghentikan bencana mirip elektabilitas awal dia mencalonkan diri juga menjadi pelajaran untuk para petinggi negeri ini.
Chemistry In Chang dan Lee begitu kuat, mereka saling mengelabui tetapi di sisi lain juga saling mendukung dan memahami. Â Bahkan bisa mengobrol hal ringan seperti acara televisi. Sayangnya karakter anggota tim lainnya menjadi tenggelam oleh kekuatan dua karakter ini. Dan yang menjadi poin utama menurut saya siapa menjadi hero menjadi relatif dalam film ini. Film ini lebih bagus dari film bencana Korea lainnya "Heaundae" atau "Tidal Wave" (2009).
Sebagai catatan  film ini juga besar, yaitu  26 miliar won ($ 22,2 juta) sangat besar untuk sebuah film Korea. Namun tidak mengecewakan.  Pendapatannya diprediksi  juga akan besar. Â
Bagi saya? Tiga dari empat bintang.
Irvan Sjafari