Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Maluku Jatung NKRI", Dulu, Kini, Masa Datang

31 Oktober 2018   20:05 Diperbarui: 31 Oktober 2018   20:17 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi buku-Foto; Irvan Sjafari.

Jika Indonesia ingin menjadi penentu tata dunia yang adil, sehat, damai dan tertib serta lingkungan sehat lestari berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, maka titik strategisnya ialah kawasan Timur Negara RI, yaitu Maluku, Papua dan NTT.

Demikian kata Komarudin Watubun, penulis buku Maluku 'Staging Point' RI Abad ke 21: Jejak 800 Tahun Maluku: Dulu, Kini dan Ke Depan, dalam diskusi bedah bukunya yang diadakan oleh Studi Klub Sejarah dan Departemen Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya UI, Rabu (31/10/2018).

Dikatakannya , saat ini  Zona Papua, Maluku dan Nusa Tenggara Timur (NTT) dan sekitarnya merupakan satu garis lurus alam. Hingga Agustus 2015 di kawasan kepulauan Maluku terdapat 25 Blok Migas, sebanyak 15 blok digarap investor asing, 10 blok ditawarkkan ke pihak investor. Blok Gas Abadi Masela masih termasuk rancangan "jurasc plyas" berupa "deep water project development", dari tahun 1998 hingga 2008 bukan pembangunan proyek-proyek migas di Zona Darat (halaman 5).

"Sejak dulu Maluku adalah titik kekayaan alam Indonesia.  Maluku menjadi penentu sejarah Indonesia. Karena kekayaan rempah-rempahnya mendatangkan orang Eropa  ke Nusantara dan akhirnya menyebabkan penjajahan," ujar  Penulis yang juga anggota DPR yang mewakili Papua ini.

Dalam bukunya ia menyinggung, selama 200 tahun abad ke 16-18

Lanjut dia pada masa Perang Dunia ke II Mc Arthur menjadikan kawasan Maluku sekitarnya sebagai salah satu jalur  untuk mencapai Hiroshima dan Nagasaki di Jepang.

Pada saat ini kawasan ini menjadi sasaran tarik menarik antara Tiongkok dengan Zona Silk Road Economic Belt dan 21st Century Silk Road, yatu (1) Tiongkok-Eropa melalui Laut  Cina Selatan (2) Tiongkok-Pasifik Selatan (3) Tiongkok-Asia Tenggara  yang dirilis pada Maret 2015.

Presiden Xi Jinping kemudian mengubah doktrin dan strategi global dan kawasan negaranya melalui Cina Belt, One Road (OBOR //Yi dai Yi Lu) ke zona sekitar55% PDB Dunia, 70 % penduduk dunia dan 75% cadangan energi dunia.

Namun ada kekuatan lain, yaitu Trans Pasific Partnership yang terdiri 12 negara dipimpin Amerika Serikat.  TPP merupakan agenda politik luar negeri Presiden AS sewaktu  dipimpin Barack Obama untuk mengimbangi pengaruh Tiongkok. Indonesia punya nilai strategis. Investasi asal AS pada 2015 sebesar 60 miliar dolar dan selama ini ada perusahaan energy asal AS Chevron beroperasi pada ladang minyak dan merencanakan ladang gas deep-sea di Indonesia awal abad ke 21.

Kekayaan alam Maluku mulai dari enegri, hingga ikan laut menjadi daya tarik bagi dua kekuatan dunia saat ini. Untuk itu Komarudin mengingatkan pepatah keledai saja tidak mau terjatuh pada lubang yang sama kedua kalinya.

Menurut saya, Komarudin ingin mengingatkan belajar dari sejarah bagaimana rempah-rempah mengundang bangsa Barat untuk datang ke nusantara dan akhirnya melakukan penjajahan. Jangan sampai karena kelengahan bangsa kita hal itu terulang lagi, karena kekayaan gas alam dan kekayaan laut di Maluku dikuasai bangsa lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun