Indung-indung kepala lindung/Hujan di udik di sini mendung/Anak siapa pakai kerudung/Mata melirik kaki kesandung. Lagu indung-indung ini kerap saya dengar waktu kecil, menurut sejumlah referensi ditulis oleh Ilin Sumantri,kemungkinan awalnya lagu gambus, tetapi juga kerap dinyanyikan untuk lagu anak.
Tetapi ketika dinyanyikan seorang perempuan bernama Asih dalam opening scene film "Asih", maka akan terasa getir. Â Perempuan itu melantunkannya dengan perlahan, nyaris tenggelam oleh suara derasnya hujan pada malam yang kelam, sambil melangkah dengan kaki telanjang.
Amboi, opening scene yang ciamik cukup menggambarkan semangat hidup seorang perempuan yang sudah runtuh. Dengan adegan kilas balik perempuan itu diusir oleh orangtuanya karena mengandung anak tanpa bapak dan juga oleh warga kampung.
Shareefa Daanish tanpa banyak bicara mampu memperlihatkan hancurnya hidup seorang perempuan yang runtuh di bawah kaki  budaya patriaki yang kerap kejam. Â
Ketika menonton film ini dalam press screening di Epicentum, Rabu 3 Oktober 2018, batin saya bertanya: "Loh, kok perempuannya yang disalahkan sebagai tidak bermoral? Lah, laki-laki yang menghamilinya tidak dicari oleh keluarganya?"Â
Perempuan itu memmbunuh bayinya sendiri dengan menenggelamkannya dalam ember cucian berisi air dan ia sendiri memilih mati dengan mengiris urat nadinya dengan tangkai sisir di bawah pohon beringin.Â
Pohon yang kemudian dihubungkan menjadi tempat Riri, adik Risa dalam "Danur: I see Can The Ghost" menemukan sisirnya dan akhirnya berurusan arwah Asih. Â Â Â
Manoj Punjabi, Produser MD Pictures menyebut karya Risa Saraswati yang diangkat ke layar lebar sebagai "Danur Universe", mengingatkan pada "Conjuring Universe". Â Sementara "Asih" adalah karakter yang diangkat menjadi spin off, seperti halnya karakter Valak.
Kalau saya memandang karya Risa Saraswati sebagai  kisah hantu yang berkaitan dengan sejarah sosial yang kuat.  Kisah hantu anak-anak Belanda berkaitan dengan sejarah kelam masa pendudukan Jepang di Kota Bandung, yang memang prosentase pemukim Eropanya paling banyak dibanding tempat lain.  Anak-anak itu menjadi korban tentara Nippon.
Tetapi yang paling kelam adalah kisah Asih ini. Seorang perempuan biasa yang bunuh diri karena tak berdaya karena tekanan sistem sosial.Â
Settingnya pada 1980, mengingatkan saya pada kemalangan perempuan muda lugu dari desa yang mencari nafkah di kota dalam sebuah lagu Bimbo berjudul "Balada Gadis Desa" yang nyaris sebangun.