Suatu pagi di Bandung pada September 1990, Milea (Venesha Presicllia) mengawali kehidupan barunya menjadi pelajar di sebuah SMA Kota Bandung. Seperti pelajar lainnya ia berjalan kaki bersama puluhan pelajar lainnya, sampai seorang teman sekolah naik motor menghampirinya dan menyapa,"Selamat pagi, kamu Milea?" Milea menoleh dengan heran. "Mau ikut naik motor?" Milea menampik. "Suatu hari nanti kamu naik motorku," katanya meloyor pergi.
Salah satu opening scene dari film Dilan 1990 yang menarik awal perkenalan tokoh utamanya Milea dan Dilan (Iqbaal Ramadhan) menampilkan dialog yang sepintas tidak penting, tetapi sebetulnya menjadi kekuatan film ini.
Milea adalah anak dari pasangan seorang tentara asal Sumatera Barat dengan ibu mantan vokalis di Bandung bersama Airin adiknya tinggal di Buahbatu, Bandung. Ayahnya bertugas di sana. Dia sebetulnya sudah pacar bernama Benny di Jakarta. Tetapi kehadiran Dilan pelan-pelan mengusik hidupnya.
Lewat dialog dan tindakan yang bagian orang mungkin tidak penting, tetapi membuat Dilan menjadi sosok yang unik bagi Milea, yang dijuluki Sang peramal. Untuk mendekati Milea, Dilan ikut naik angkot dan meramal: kita akan ketemu di kantin. Ramalan meleset. Pada kesempatan lain Dilan menghampiri: Milea, kamu cantik? Milea menjawab terima kasih. Dilan dengan spontan berkata: Tetapi aku belum mencintaimu, nggak tahu nanti sore. Â Woow.
Adegan menarik lainnya, ialah ketika Dilan datang ke rumahnya ditemani Pian, Milea dengan heran bertanya: "Kok kamu tahu rumahku?" Dilan dengan enteng menjawab, "Aku juga tahu hari ulang tahunmu. Aku juga tahu siapa Tuhanmu" Milea tertengun menjawab, "Allah. Dilan menimpali, 'Tuhanku juga.'" Â Dilan hanya memberikan undangan kepada Milea, ketika dibuka isinya surat undangan ke sekolah agar Milea masuk Hari Senin hingga Sabtu.
Tindakan unik, lainnya ketika Milea ulang tahun Benny datang ke Bandung memberikan kue ulang tahun tengah malam. Nandan, Ketua Kelasnya memberikan boneka beruang, Milea justru penasaran apa yang akan diberikan Dilan. Hadiah yang dinanti tiba  kado itu, sebuah buku Teka-Teki Silang yang sudah diisi. Lalu Dilan menelepon: Sudah terima hadiah TTS-nya? Sudah kuiisi agar kamu tidak pusing mengisinya.
Cerita bergulir, selain Benny dan Dilan ada sosok Adi (Refal Hadi), guru privat Fisika Milea, mahasiswa ITB dalam sebuah adegan memberikan hadiah baju dan mengajaknya mengunjungi kampusnya. Kesannya Adi juga suka. Â Â Â
Dilan dihukum karena tidak disiplin dalam upacara, melawan Pak Suripto (Teuku Rifnu Wikana) gurunya yang menamparnya, Dilan panglima Geng Motor tidak mengurangi poin Dilan di mata Milea. Saya paling suka dengan adegan Milea berupaya agar Dilan tidak terlibat perkelahian dengan mengajak jalan-jalan seharian. Adegan itu berisi bahwa Milea itu cinta damai.
Tidak terlalu sulit menebak siapa yang menjadi pacar Milea-sekalipun pada adegan awal 2004 Milea sudah menikah belum terungkap menjadi suaminya-namun kekuatan film ini bukan pada endingnya, tetapi justru hari ke hari Dilan dan Milea menjalani kehidupan masa SMA-nya dengan kurun waktu September hingga Desember 1990. Â
Dialog-dalog antara Dilan dan Milea memang kekuatan film ini yang diangkat dari novel karya Pidi Baiq, chemistry antara Iqbaal Ramadhan dan Venesha Prescilia juga cukup memikat. Percakapan yang kerap mengundang gelak tawa, sekaligus membuat penonton mengenang masa manis SMA. Satu pernyataan Dilan yang sangat berkesan bagi saya ialah ucapannya pada Milea melalui telefon.
"Jangan pernah bilang ke aku ada yang menyakitimu, karena orang itu akan hilang". Â So sweet bagi cewek.