Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Tahun 2017 Menjadi Kebangkitan Film Horor Indonesia

6 Oktober 2017   16:03 Diperbarui: 7 Oktober 2017   09:00 6439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Untuk Danur memang kecerdikan produser mengangkat karya Risa Saraswati yang sudah menjadi pop art ke layar lebar dan keterlibatan Prilily Latuconsina yang berakar pada generasi milenia faktor yang tidak bisa diabaikan. Namun film ini "bebas mesum" yang menjadi penyakit kronis  film horor Indonesia dekade sebelumnya.

Terobosan lain ialah yang dilakukan Rizal Mantovani mengangkat Gerbang Nerakapatut diapresiasi karena sudah mencoba menggabungkan unsur fiksi ilmiah dengan supranatural. Sekalipun banyak mendapatkan kritikan, tetapi menjadi langkah awal yang baik.  Sekalipun meraih kurang dari 200 ribu penonton toh tetap lebih baik dari film horor Indonesia dekade sebelumnya.

Catatan untuk  Pengabdi Setan

Terobosan lain dilakukan Joko Anwar menggarap sebuah film klasik dengan citra rasanya sendiri. Joko Anwar itu ibarat chef  atau bartender ulung. .  Bahan-bahannya dari film yang dirilis pada 1980 tetapi dimasak dengan caranya.

Kalau saya simak cara Joko menggarap Pengabdi Setan sama seperti  Kala (2007), Pintu Terlarang (2009), Modus Anomali (2012).  Kesamaannya pada "ending" yang sama sekali tidak diduga. Klu yang diberikan kerap menjebak. 

Sekalipun Pengabdi Setan bersetting 1980 dan Kala tampaknya bersetting tahun 1970-an, tetapi  plot yang dibuat Joko seperti negeri antah berantah, tepatnya dunia fantasi dari Joko Anwar sendiri. Alumni ITB Bandung ini pandai menyelipkan tokoh misterius yang menjadi kunci dalam filmnya, seperti Adam Subandi dalam Janji Joni, mahluk bernama Pindoro dalam Kala, serta Budiman dalam Pengabdi Setan.  

Sekte kesuburan dalam Pengabdi Setan mengingatkan saya pada komunitas dalam Kala walau lain tujuan. Tetapi keduanya mengacu pada kekuatan supranatural.

Siapa tokoh anatagonis sebenarnya bahkan bisa disembunyikan dengan baik. Bahkan tokoh yang tadinya dikasihani justru bukan korbannya.  Itu kekonsistenan sutradara kelahiran 1976 ini dalam membuat filmnya.  

Bahkan adegan terakhir menjadi "dessert" yang manis yang tidak bisa dilewatkan.  Bagi saya adegan penutup Pengabdi Setan dengan iringan lagu yang jadi "soundtrack" sama menakutkannya dengan mayat hidup yang mengejar para tokoh utamanya.  

Sinematografinya memang masih ada pengaruh referensi film Barat, seperti Paranormal Activity. Joko cukup detail memperlihatkan penonton ruangan demi ruangan pada keluarga tokoh utama film ini.

Ya, memang tetap ada lubang di cerita. Misalnya saja apa yang terjadi pada mayat-mayat hidup itu, lalu apa seisi desa itu hanya keluarga Rini (Tara Basro) dan keluarga ustad? Apakah mereka tidak merasa terganggu kehadiran para zombie itu?  Tetapi inilah mungkin dunia Joko.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun