Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel | Koloni (39-40)

20 Mei 2017   09:48 Diperbarui: 20 Mei 2017   10:11 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Koloni oleh Irvan Sjafari.

Gunung Kapur, Padalarang, waktu Tak diketahui. Malam hari.

Cerita Nanda Andryas

“Bang Ahmady, Kang Nana, ini pembajak nomor Alif akhirnya bicara dan dia mengaku sebagai bidadari di surga! Nggak mungkin hantu, kan?” geram aku.

“Paling anak asuh cewek dari  germo itu,”  sahut  Nana setengah tertidur di matras di hamparan pasir.

“Kalau dia kontak  lagi dan saya ada, kasihkan saya. Biar saya minta bicara dengan bosnya. Masih saja mau mempermainkan orang yang sudah meninggal. Nanti saya buat meninggal benaran…” Ahmady menggerutu.

“ Kenapa Di?  Gerombolan germo itu lagi menteror?” Yola juga setengah tertidur di balik sleeping bag-nya.

“ Frisca juga sering dikontak, Cuma ketika ditelpon balik tidak diangkat. Itu terjadi setahun terakhir ini…” ujar aku. “Aku tahu karena sudah lama aku kos di tempat Alif. Dia kerap dapat SMS katanya dari bidadari Kang Alif di surganya. Namanya Zahra…”

“Adik alif?  Ah perempuan semua lagi yang diteror. Saya sumpahin mereka mati di tangan Inong Balee..” geram Ahmadi. “Katanya namanya Zahra? Jangan-jangan  di belakangnya  Si  Zainal mucikari di Jakarta itu.”

“Jadi kalau kita mati, Dan? Bisa masuk surga, lalu dilayani 72 bidadari,” celetuk seorang serdadu yang terbangun oleh percakapan kami.

Luhpengen masuk surga? Salat yang rajin sana!  Bertemu 72 bidadari, serakah amat! Satu saja tidak beres.  Sissy, anak Semarang itu kamu permainkan, kan? Dia nangis di markas, tahu?. Untung kalian belum menikah dan belum ngapai-ngapain. Kalau sampai hamil,  awas kau  Sersan Iqbal! Untung saya yang menghadapi. Kau tahu sendiri kalau komandan kita mendengar anak buahnya mempermainkan perempuan.”

Yola tergelak. “Mmmh.. patriarki lagi.. enak benar ya laki-laki dapat 72 bidadari…”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun