Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bandung 1958 (10) Kisah Anak Sekolah Menang Undian, Partisipasi Warga Mendirikan Sekolah dan Kegelisahan di Dunia Pendidikan

2 Desember 2015   18:28 Diperbarui: 2 Desember 2015   18:32 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Kegiatan Yayasan Beribu Bandung 1958 "][/caption]

 

Senin  7 Juli  1958, Kanti Utari, 18 tahun  menekuni aktivitasnya seperti biasa.  Siswi SMEA Muhamadyah beralamat  di Jalan Kancil Bandung mengayuh sepedanya  seperti biasa  pulang ke rumahnya di Jalan Sukajadi  no 49 A/61.   Dara berkulti sawo matang  ini tertengun ketika puluhan tetangganya menyambutnya dan mengelilinginya sambal membawa harian Pikiran Rakjat. “Neng! Ini gambar kamu!”  Ia terbelalak menyaksikan bahwa wajahnya ditandai dalam sebuah peristiwa.    

Wajahnya berseri memperlihatkan lesung pipitnya yang memukau.  Kanti Utari  “kejatuhan Bintang Pikiran Rakjat  dengan hadiah Rp100  (nilai besar waktu itu bagi anak sekolah, sama dengan  harga 10 kg beras kualitas nomor satu  di Kota Bandung).    Ingatannya kembali ketika ia termasuk warga bandung  yang ikut menyambut kedatangan pahlawan Asian Games ke III  atlet lembar lembing Karnah, Jum’at siang 4 Juli 1958 sebelumnya.

Kanti teringat  ketika ia bersalamanan dengan Karnah.  Dia kemudian  kembali menggenjot sepedanya dari rumah kediaman pamannya ke Jalan Asia Afrika 133 ke kantor Pikiran Rakjat untuk menagih uang hadiah.  Setiap awak redaksi yang ditemuinya disapanya dengan senyum manisnya.  Ia mendapatkan seratus rupiahnya.   Untuk apa?  Kelahiran Tegal 31 Desember 1940 ini hendak pulang kampung dan cuti menemui keluarganya.  Tentunya ia  membawa ole-ole.

Kehebohan lain dialami seorang Sersan Mayor Udara Lauw Tjin Hoa yang baru saja mendaratkan pesawat yang dicobanya di landasan Husein Sastranagara.   Dia mendapatkan putranya yang masih berusia Sekolah Rakjat  Djataju bernama Johnny law bersama istrinya membawa koran Pikiran Rakjat. Dia pun menang Rp100 karena ikut penyambutan pahlawan Asian Games.   Sang Ayah hanya melongo ketika mengantarkan anaknya mengambil hadiahnya di kantor Pikiran Rakjat.

Pengagum penjaga gawang Saelan ini begitu gembira dan berkali-kali mengucapkan: “Terimakasih Om!  Terima kasih Om!” 

“Kejatuhan Bintang” serupa dengan lingkar rejeki yang diselenggarakan Pos Kota, harian ibukota Jakarta  berapa puluh tahun kemudian.   Terbososan yang dilakukan Pikiran Rakjat ini  menggambarkan bagaimana upaya sebuah  media mendekatkan diri pada pembaca, tetapi juga dari profil pemenangnya menunjukkan Bandung  menuju kota yang cosmopolitan, kota pelajar yang juga menarik bagi warga di luar Bandung untuk bersekolah.  

Pada  1920-an dan  1930-an  para pelajar memperebutkan bangku d MULO, AMS atau HBS yang melahirkan beberapa pemimpin bangsa,  kebanyakan pelajar dari keluarga  kalangan priyayi, menak atau bangsawan dari berbagai daerah,  di luar anak-anak Eropa.  Maka pada 1950-an bukan saja sekolah negeri yang diserbu tetapi juga sekolah swasta, karena lingkungan kota Bandung  kondusif untuk belajar. Kalangan sudah mulai beragam  tidak lagi hanya bangsawan.

Beberapa Yayasan atau perkumpulan yang bergerak di bidang pendidikan bahkan mempunyai lebih dari satu sekolah.  Muhamadyah Cabang Bandung misalnya  mempunyai Sekolah  Rakyat, SMEA dan SMA bagian B dan C.  Para siswa  sekolah yang beralamat di Jalan Kancil dan Pasirkliki  ini masuk pagi hari.  Sementara untuk sore harinya gedung untuk SMP I dan PGA Lengkap 6 tahun (Jalan Kancil),  SMP II (Pasirkliki). 

Lembaga   Pendidikan Muslimin Bandung  berkantor pusat di Ciateul 143 dan Palasari 9  Bandung mempunyai lembaga pendidikan SMP, PGA hingga SMA Bagian B dan C dengan total sembilan sekolah tersebar di berbagai lokasi, selain di Ciateul dan Palasari, bangunan sekolah terdapat di Cikaso,  Jalan Pajagalan,  Jalan Cililin , Jalan Cimindi,  Jalan  Belitiung juga dengan jadwal belajar pagi dan siang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun