[caption caption="Adegan dalam Attcak The Clones: Penampilan dan cara memegang pedang serupa samurai Jepang."][/caption]
Suatu hari kalau tidak salah sekitar 2005, saya mengikuti sebuah kursus Bahasa Inggris in house training yang diikuti para jurnalis dan marketing di perusahaan media di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Pengajar native speaker melontarkan pertanyaan kepada para peserta kira-kira film apa yang paling menjadi favorit sepanjang sejarah menonton film. Saya menjawab Star War. Mengapa? Saya menjawab lagi bahwa film ini bukan hanya sekadar fiksi ilmiah, tetapi juga menggabungkan unsur teknologi, petualangan, spiritual, serta antar budaya sekaligus.
Duel pedang lightsaber yang digunakan Ksatria Jedi jelas diadaptasi dari pedang katana para samurai Jepang. Spiritual para ksatria jedi dengan force-nya inspirasinya ekletik kemungkinan dari Budhism, Zen, Tao, Shinto, juga dari spirit samurai Jepang. Penampilan (Mpu) Yoda dengan kesahajaannya mirip pendeta-pendeta dunia oriental. Amati juga penampilan Han Solo (Harrison Ford) dan chewbacca –nya cerminan cowboy dan Indian Amerika (sekali pun dengan tubuh penuh bulu) dengan perilaku ugal-ugalan. Begitu juga figure Janggo Fett dan Boba Fett, para pemburu bayaran yang perawakannya mirip orang Indian. Karakter lain, yaitu Princes Lela Organa mewakili bangsawan Eropa. Karakter yang menarik adalah karakter lintah darah Jabba Hut yang mengingatkan pada sosok film God Father era 1930-an sekaligus juga mafia lokal Asia dalam film bertema sama.
Itu baru contoh orang per orang. Kalau antar masyarakatnya lain lagi. Planet Naboo dalam Star Wars Episode I The Phantom Manace dan Episode II Attack The Clones dengan pimpannya Ratu Padme Amidala, yang kelak menjadi pasangan Anakin Skywalker serupa dengan masyarakat di kawasan Mediterania. Arena pertarungan Anakin, Padme dan Ben Knobi melawan binatang raksasa mirip Colosseum Roma zaman Romawi Kuno. Begitu juga balapan pesawat angkasa dalam The Phantom Manace mirip adegan balap kereta Ben Hur, era Romawi Kuno.
Pertempuran di permukaan planet salju (disebut sebagai battle of hoth) dalam adegan awal Empire Strikes Back bukan hal yang baru bagi mereka yang menonton film Perang Dunia ke II di Eropa. Ganti saja tank dan Meriam dengan kendaraan mirip anjing raksasa dengan senjata laser. Sementara mahluk mirip beruang yang menyergap Luke dan membawanya ke gua mengingatkan saya pada mitos Yeti di Tibet dan binatang yang jadi kendaraan Luke campuran kangguru, yak dan unta.
Bangsa antar planet yang digambarkan dalam serial layar lebar Star Wars sebetulnya sebangun dengan apa yang digambarkan dalam serial televise bertema fiksi ilmiah Star Trek berapa puluh tahun sebelumnya. Bangsa (mahluk alien) yang mendiami suatu planet bisa dicari referensinya di Bumi. Raut muka Spock agak mirip dengan bangsa Mongol. Beberapa serialnya bertandang ke planet lain seperti jumpa kerabat manusia Bumi, misalnya ke planet yang penghuni mirip orang Indian, planet yang penghuninya semua perempuan seperti legenda Amazon. Hanya saja Star Wars lebih kaya, plural dan kompleks.
Star Wars seperti halnya Star Trek adalah opera sabun seperti diungkapkan kompasianer Septian dalam http://www.kompasiana.com/septiandr/opera-luar-angkasa-star-wars_56554475ae9273a1068b4585. tetapi sekaligus epik kolosal sebangun dengan Mahabarata atau Ramayana. Kisahnya mengandung banyak pelajaran-hanya saja intepretasinya bebas. Misalnya apa yang diucapkan Anakin Skywalker dalam Revenge of The Sith : “Kau berdiri di samping kami atau menjadi musuh kami”, ancaman yang mirip dilontarkan George W. Bush ketika melakukan invasi ke Timur Tengah.
Permainan dan intrik, serta ambisi politik di antara anggota parlemen federasi dalam Attack The Clones dan Revenge of The Sith mengingatkan pada situasi politik global saat ini termasuk juga di negeri ini. Intinya kekuasaan dan keserakahan membuat manusia melakukan berbagai jalan. Sejarah membuktikan bahwa dalang suatu bencana pertumpahan darah selalu terlambat disadari bahkan ada yang tidak terbuka secara terang benderang. Star Wars mengajarkan para pembela keadilan seperti Ksatria Jedi pun terkecoh dan berakhir dengan bencana bagi mereka sendiri.
Sosok Darth Vader, panglima perang kegelapan untuk kekaisaran mungkin simbol fasisme, melakukan invasi tanpa belas kasihan. Bedanya dengan Sang Kaisar, di saat akhir masih ada nurani di dalam hatinya ketika tahu Luke Skywalker yang berada di fihak lawan kekaisaran. Death Star dan senjata pemusnah massalnya bisa ditafsirkan untuk mengingatkan bahwa di kehidupan nyata senjata itu ada dan sama mengerikannya.
Catatan terakhir seperti halnya Star Trek, Star Wars juga memberikan inspirasi bagi perkembanagn teknologi. Bila Star Trek memberi inspirasi keberadaan ponsel puluhan sebelum digunakan, maka Star Wars memberikan inspirasi drone (pesawat tak berawak). Yang menarik adalah pasukan clonning manusia (dalam film ini begitu massal seperti pabrik) untuk dibentuk sebagai pasukan yang awalnya seperti digunakan untuk kebaikan tetapi ternyata untuk kepentingan dalang.