Kalau bukan karena terlanjur menjadi penggemar Chloe Grace Moretz sejak penampilannya di “Let Me In”, saya bakal melewatkan menonton film ini. Semua film berplot detektif dengan alur flash back ntara kejadian di Kansas pada 1980-an dan masa kini 2010-an. Libby Day (Charlize Theron) masih berusia 8 tahun ketika terjadi tragedi yang menimpa keluarganya di mana ibu dan dua saudari kandungnya terbunuh.
Yang didakwa adalah kakaknya Ben Day (Corey Stoll). Secara resmi kesaksian Libby yang memberatkan kakaknya meragukan, tetapi karena Ben tidak mengajukan banding maka dia tetap dinyatakan bersalah. Apalagi ada kesaksian bahwa Ben Day pengikut sebuat “cult (aliran) pemuja setan”. Beberapa adegan kilas balik meyakinkan penonton bahwa Ben memang ikut aliran itu. Tetapi apakah itu jadi pemicu perilaku kekerasannya?
Libby sekali pun ragu-ragu, tetapi juga merasa kakaknya memang penyebab kematian ibu dan saudari-saudarinya. Sampai suatu ketika “Kill Club” , semacam perkumpulan mantan polisi dan pengacara, serta orang yang berminat mengungkap kasus kriminal yang masih misteri meyakinkan dia bahwa belum tentu Ben pelakunya. Libby dan perkumpulan itu mencoba mengusut apa yang terjadi tiga puluh tahun yang lalu, membongkar rahasia kelam keluarga Libby dan Ben sendiri.
Diceritakan ibu Libby (Christina Hendrick) single parent mati-matian mencari nafkah, mempertahankan tanahnya untuk menghidupi empat anaknya dan ayah anak-anaknya yang tidak bertanggungjawab merupakan kegetiran masa lalu Libby. Mereka hidup dalam hinaan. Ben kemudian terlibat dengan klub pemuja setan dan berteman dengan Diandra (Chloe Grace Moretz), remaja anak orang kaya yang labil membuat cerita menarik sampai di pertengahan. Sayang buruk pada ending.
Ide ceritanya tidak baru namun sebetulnya masih menarik kalau saja alasan yang dilakukan Ben Day untuk menutup kebenaran tidak bikin kepala semakin bertanya. Apa masa sih Ben memilih menderita selama tiga puluh tahun hanya untuk alasan itu? Bukankah kalau kebenarannya diungkap sejak awal pelaku sebenarnya tidak bakal didakwa begitu berat, karena sistem hukum di Amerika Serikat memakai juri? Paling tidak pembunuhan tingkat dua. Sekali pun kemungkinan itu tetap ada karena manusia juga punya alasan absurd untuk mengambil suatu keputusan, sekali pun konyol.
[caption caption="Chloe Grace Moretz dalam Dark Places."]
Dari departemen akting Charlize Theron bermain apik sebagai Liby tua yang rapuh. Dia diceritakan hidup dari penjualan buku tentang tragedinya. Masuk akal, karena orang di Amerika bisa hidup dengan menulis buku. Begitu juga karakter Ibu Libby oleh Christina Hendricks dan pemeran ayahnya yang bikin geram. Kok bisa begitu tebal mukanya jadi pemabuk dan membuat keluarga teraniaya? Chloe Grace Moretz memainkan suatu kharakter yang menjadi kunci misteri (kalau Bahasa slang-nya bitchy mengingatkan saya pada karakter nya sebagai Luli dalam Hick) dan membuat saya manggut-manggut. Saya suka adegan ketika ia memandang Ben (ingat lirik lagu ada kala pria tak berdaya berlutut di sudut kerling wanita).
Judul Film : Dark Places
Sutradara : Gilles Pacquet Brenner