Nani Wartabone mendengar bahwa Manado telah takluk kepada Jepang. Orang-orang Belanda melarikan diri ke Poso. Hal ini membuat orang Belanda di Gorontalo menjadi ketakutan dan bersiap meninggalkan Gorontalo. Sebelum pergi mereka terlebih dahulu akan menghanguskan semua infrastruktur yang ada. Mengetahui hak tersebut Nani Wartabone merasa bahwa ini waktunya untuk melancarkan perlawanan terhadap Belanda.
Beberapa hari menjelang 23 Januari 1942, terjadi beberapa peristiwa yang memicu segera diadakan aksi untuk merebut kekuasaan dari Belanda diantaranya yaitu ketika Nani Wartabone mendatangi Residen belanda dan mengancam akan memenggal kepala mereka jika mereka berani membakar kekayaan rakyat dan tempat-tempat vital. Akhirnya pada 23 Januari itu, Nani memimpin pasukan rakyat bersenjata lembing dan keris menyerbu Gorontalo. Polisi-polisi yang sudah dipengaruhi membiarkan mereka masuk kota.
Dalam waktu setengah hari Kota Gorontalo jatuh. Seluruh pejabat pemerintah Hindia Belanda dilucuti. Antara lain yang ditawan adalah Controleur D’Ancona, Asisten Residen gorontalo bernama Corn dan kepala Polisi bernama Cooper. Selesai penangkapan, Nani Wartabone memimpin langsung upacara pengibaran bendera Merah Putih yang diiringi lagu Indonesia Raya di halaman Kantor Pos Gorontalo. Peristiwa itu berlangsung pada pukul 10, dan Nani Wartabone sebagai inspektur upacaranya.
Di hadapan massa rakyat, ia berpidato: "Pada hari ini, tanggal 23 Januari 1942, kita bangsa Indonesia yang berada di sini sudah merdeka bebas, lepas dan penjajahan bangsa mana pun juga. Bendera kita yaitu Merah Putih, lagu kebangsaan kita adalah Indonesia Raya. Pemerintahan Belanda sudah diambil oleh Pemerintah Nasional. Agar tetap menjaga keamanan dan ketertiban."
Sore harinya, Nani Wartabone memimpin rapat pembentukan Pucuk Pimpinan Pemerintahan Gorontalo (PPPG) yang berfungsi sebagai Badan Perwakilan Rakyat (BPR) dan Nani dipilih sebagai ketuanya. Empat hari kemudian, Nani Wartabone memobilisasi rakyat dalam sebuah rapat raksasa di Tanah Lapang Besar Gorontalo. Tujuannya adalah mempertahankan kemerdekaan yang sudah diproklamasikan itu dengan risiko apapun.