Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Review “San Andreas” : Keren Sih Sinematografinya, Tetapi Tidak Wow

1 Juni 2015   20:57 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:24 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_421805" align="aligncenter" width="300" caption="Adegan dalam San Andreas (kredit foto : http://artofvfx.com/)"][/caption]

Apa lebihnya San Andreas dari 2012?  Apakah sinematografinya jauh lebih baik? Bagaimana juga dengan film bencana lainnya seperti The Day Aftar Tommorow (2004)?  Atau film bencana yang lebih kecil seperti Dante’s Peak (1997)?  Ceritanya hampri sebangun ada human relationship mantan pasangan, ayah dan ibu yang bercerai, kecintaan terhadap anak-anak di tengah bencana maha dahsyat. Tetapi hanya The Day After Tommorow yang menurut saya memberikan pesan mendalam bahwa penyebab bencana alam ialah ulah manusia sendiri-tepatnya keserakahan sistem kapitalisme.  Dalam The Day After Tommorow tak ada itu hero Amerika, yang ada hanay orang-orang Amerika akhirnya berlindung  di negera dunia ketiga, seperti Meksiko, negara yang kerap dibikin menderita oleh ulah kapitalisme.

Dari segi sinematofrafi, San Adreas luar biasa, keren, membuat saya berdecak kagum, sekaligus ngeri bagaimana rasanya kalau berada di tengah bencana seperti ini? Beginikah kalau kiamat tiba? Teknologi effek 3D membuat kehancuran kota San Fransisco, California di patahan San Andreas tak kalah memukau dari 2012.  Gedung-gedung San Fransisco tumbang, runtuh, luluh lantak  seperti pasir diguncang gempa di atas 9 skala richter, dihantam tsunami. Jembatan Golden Gate dengan mudah patah seperti batang korek api.

Tetapi setelah itu apa? Mirip seperti jagoan Amerika keluar dengan tegar mengalahkan para alien dalam Independence Day atau mengalahkan para teroris yang menyusup ke Amerika: bahwa Amerika bisa membangun kembali. Bgeitu saja. Tak ada pelajaran yang bisa dipetik.  Kecuali mungkin pentingnya peran ilmuwan yang memberikan prediksi akurat menyelamatkan lebih banyak nyawa. Tetapi semua film bencana bukankah seperti itu?

1433166947943187238
1433166947943187238

Jalan cerita human relationship bisa ditebak dengan mudah.  Hubungan Ray (Dwayne Jhonson atau The Rock), seorang petugas SAR  yang bercerai dengan istrinya Emma (Carla Cugino) dan berpisah dengan anaknya Blake (Alexandra Daddario)  dipersatukan kembali  karena bencana. Adanya orang ketiga Daniel (Ian Gruffud) yang lebih mapan secara materi dan tentu lebih menyebalkan kharaketernya, dibuat oportunis  adalah pola basi film Hollywood. Tentu saja ada seorang cowok tampan bernama Ben yang bakal naksir Blake. Biar komplit ada adiknya bocah yang pintar mencari jejak. Ada sih kepahlawanan Kim orang peranakan Korea, rela melemparkan anak di tengah bendungan raksasa yang runtuh bencana di gendongan agar bisa selamat di pelukan Lawrence dan dia sendiri tewas. Biar bukan orang kulit putih saja yang pahlawan.   Opening scene penyelamatan yang dilakukan Ray terhadap perempuan bernama Natalie yang terperosok jurang lumayan memperkenalkan kharakter dan tugas Ray.

Alangkah menariknya kalau orang ketiga ini juga heroik dan laki-laki dari kalangan  biasa saja. Nah siapa yang dipilih si perempuan?   Kehadiran ilmuwan seperti Lawrence dan wartawati  Serena seperti  legitimasi cerita saja, karena bagaimana bisa menjelaskan secara logis bagaimana bencana yang katanya lebih dahsyat dari bom atom di Hirosima, serta bagaimana informasi bisa disebarkan?  Lebih mencekam kalau bencana tsunami Aceh difilmkan, bagaimana rasanya di tengah bencana tidak ada kontak sama sekali dan tidak ada pertolongan selama puluhan jam?  Kalau San Andreas, kok rasanya saya hanya seperti menyaksikan film laga ala Dwayne “The Rock” Jhonson?

Saya tidak belajar sesuatu yang baru. Sekalipun secara gagasan memang logis juga,  San Andreas adalah kawasan yang rawan bencana  dalam berbagai literatur, seperti halnay kawasan sekitar Jepang.

Judul Film            : San Andreas

Sutradara            : Brad Peyton

Bintang                 : Dwayne Jhonson, Carla Cugino, Alexandra Daddario, Ian Gruffud, Paul Giamatti, Archi Panjabi

Rated                    : **

Irvan Sjafari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun