Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Review “Escobar: Paradise Lost”: Berselencar di Keluarga Mafia

19 Mei 2015   16:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:49 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_418560" align="aligncenter" width="300" caption="Poster Escobar Paradise Lost (kredit foto Movie club 7)"][/caption]

Bagi Amerika Serikat Pablo Escobar dituding bertanggungjawab terhadap sekitar 80 peredaran kokain. Di negaranya Kolumbia Escobar menjadi musuh bagi sebagian orang, tetapi bagi sebagian lainnya terutama kaum miskin pahlawan. Escobar atk segan-segannya membagikan uang bagi pemujanya dan bukan hanya membangun klinik kesehatan gratis. Di tengah keluarganya dia bisa menjadi paman yang baik, santun, penyayang, tetapi juga bisa menjadi malaikat maut yang menakutkan dan tak pernah memberi belas kasih. Di era kejayaannya pada 1980-an sejumlah pembunuhan-termasuk pembunuhan politik-diperkirakan didalangi oleh pimpinan kartel obat bius ini.

Escobar: Paradise Lost bukanlah biografi dari bos mafia obat bius yang pernah menjadi tujuh orang terkaya di dunia ini. Film yang disutradarai oleh Andrea Di Stefano mengambil satu petikan kehidupan “Pablo” pada awal 1990-an. Nick (Josh Hutcherson) bersama kakaknya Dylan (Brandy Copert), istrinya Dylan dan teman yang lain bermaksud mendirikan arena bermain surfing di Pantai Medelin, Kolumbia. Sayangnya membuat sebuah surga main surfing itu tidak semduah membuka semak dan tanaman liar, tetapi juga tantangan dari preman lokal. Para rpeman ini tak segan-segannya melukai orang yang tidak mau membayar “sewa” pada mereka.

Sampai suatu ketika dalam upayanya membangun lokasi surfing, Nick berkenalan dengan Maria (Claudia Traisac) seorang relawan sosial. Mereka saling jatuh cinta. Nick pun diajak menemui paman Maria, Escobar (Benicio Del Toro) di istananya yang megah dan mereka pun bertunangan. Nick pun masuk dalam keluarga Escobar. Sang Paman begitu peduli dan menganggap Nick putranya sendiri. Percakapan Escobar dan Nick sangat hangat, tetapi sekaligus menakutkan. Escobar melihat luka di lengan Nick akibat gigitan anjing yang dilepas preman lokal dengan santai, seperti “biasa” di kalangan dunia kriminal. Tetapi kemudian Nick mengetahui dari kakaknya Dylan bahwa para preman lokal itu mendapatkan balasan yang lebih mengerikan. Sutradara film ini tidak perlu memperlihatkan bagaimana anak buah Pablo menyiksa, cukup memperlihatkan sekilas tubuh yang hangus digantung.

[caption id="attachment_418561" align="aligncenter" width="300" caption="Anggota Mafia Escobar bak keluarga (kredit foto Slantmagazine)"]

14320276841447696140
14320276841447696140
[/caption]

Adegan lain sebetulnya percakapan bisa, tetapi kalau disimak juga begitu menakutkan ialah ketika Escobar mengajak Nick duduk di mobil yang pernah digunakan penjahat legendaris Bonnie dan Clyde penuh luang peluru. Konon Clyde tewas dengan 50 lubang peluru. Keduanya dijebak dan dikihanati oleh orang dekatnya. Itu sebabnya Escobar memberikan peringatan bahwa dia tidak suka dikihanati. Pendeknya aturan main di keluarga Escobar: patuhi saja sabda raja mafia itu: apa pun tugasnya lakukan, maka hidup selamat. Mulanya Nick bisa mematuhi. Namun suatu ketika hati nuraninya bertentangan dengan titah Pablo. Seperti buah simalakama, tidak dikerjakan dia yang dalam bahaya, kalau dikerjakan maka dia seratus persen menjadi mafia yang tak kenal ampun. Nick menyadari menjadi anggota keluarga mafia lebih sulit dari bermain surfing.

Escobar: Paradise Lost mengingatkan saya pada film God Father. Sang mafia bertitah santun. Di lapangan pun, anak buah Pablo bergerak dan mayat pun bergelimpangan. Film ini memotret bagaimana buruknya negara yang sudah dikuasai mafia narkoba. Polisi bisa dikuasai bahkan bisa menjadi diperintahkan oleh mafia itu untuk menangkap orang yang lari dari kelompoknya. Hakim dan politisi yang menentang mengahdapi resiko mati. Kalimat Drago (Carlos Bardem) menjelang ajalnya kepada Nick membuat miris:Niko mau lari ke mana dari Pablo? Mudah-mudahan Indonesia tidak menjadi seperti Kolumbia, harap saya.

Oh, ya saya suka sekali dengan adegan Nick harus bersembunyi seharian di mobil dengan pistol di tangan, Sementara di luar mobil mafia bersenjata dan pasukan polisi mencarinya dan menggeledah kampung. Mereka berteriak: ada pemuda asing musuh pablo (yang dicintai rakyat) sangat menegangakan. Ingat: Nick bukanlah kharakter jagoan Hollywood yang sering dimainkan film laga renyah, seperti yang diperankan Stevan Segal yang tidak pernah kalah.

Dari segi kasting Benicio Del Toro saya beri apalus memerankan sosok Escobar yang begitu ramah di keluarganya, karib dengan anak-anak, tetapi begitu dingin ketika menghadapi lawannya. Performanya begitu mempersona sekaligus mengerikan dengan janggutnya yang lebat. “Lebih enak membunuh kalau kamu tidak mengenalnya. Jadi jangan buka percakapan, “ nasehatnya pada Nick. Escobar: Paradise Lost diputar di sejumlah festival film dan memang menjadi film yang layak tonton.

Judul Film : Escobar : Paradise Lost

Sutradara : Andrea Di Stefano

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun