Kuliner menjadi daya tarik bagi pelesir di kota Bandung. Sebuah restoran baru bertajuk Bebek Champion HAM berdiri di Jalan Dalem Kaum buka antara jam 09.00 hingga 22.30. Nama lain yang mencut pada 1958 adalah Rumah Makan Garuda berlokasi di Jalan Gardujati 55 menyediakan makanan Jawa Timur, mulai Soto Ayam Madura, Sate Ayam Madura, Sate Sapi Bumbu Manis, gulai kambing, Nasi Bali, Nasi Rames Surabaya. Ada juga Rumah Lemper Nyonya Beng di Jalan Bahureksa 3 B dengan kue lapis legit, kue tart, lumpia goreng, gado-gado Jakarta, tahu petis dan cendol. Kuliner lain yang menawarkan iklan ialah Raos Njonja Gpuw di Cihampelas.47 menawarkan aneka gorenagn oncom, pisang, serta singkong.
Bandung juga menawarkan tempat penginapan dengan sewa kamar dan makan tidak saja harian, tetapi juga bulanan. Di antaranya adalah Pension Regent Bandung di Jalan Cipaganti nomor 37. Bandung terdapat hotel yang berubah nama yaitu Hotel Astoria. Awalnya hotel ini bernama Hotel Pension van Rhijn II ketika masa Hindia Belanda.
Dunia Hiburan
Dunia hiburan juga masih gemerlap. Jatuhnya hari paskah pada minggu pertama April 1958 mendorong beberapa hotel membuat event khusus. Grand Hotel Lembang menawarkan acara Night Ball (makan malam dan dansa) dengan iringan King of Jazz Indonesia Dominggo Roada dan His Combo pada Sabtu 5 April 1958. Acara dengan tiket masuk Rp15/per orang ini diwarnai demonstrasi tari-tarian modern Indonesia dan Barat. Tiket dapat dibeli di Hotel. Acara makan malam dan dansa juga ditawarkan Savoy Homman pada 5 dan 6 April 1958 dengan orkes musik Rino-Stephen. Grand Hotel Preanger menawarkan konsep acara yang sama dengan Kentjana Sweet dan Swing Music pada minggu malam 6 April 1958. Grand Hotel Lembang gencar menawarkan berbagai event. Pada 5 Maret 1958 hotel ini mengadakan pesta topeng diiringi band.
Acara hiburan untuk kalangan pelajar tingkat SMA di Bandung juga punya acara yang bertajuk “Semalam di Pulau Bali” di gedung Lyceum pada 8 Maret 1958. Acara ini berupa drama “Jayaprana” karya Jeflast ayng diterjemahkan Rosihan Anwar. Pertunjukkan ini mendapat sambutan baik dan mendapatkan apresiasi. Soeharmono Tjitro Soewarno menyebtunya sebagai pertunjukkan mengisahkan manusia melawan kodratnya (Pikiran Rakjat, 11 Maret 1958).
Bioskop tidak terganggu sekalipun terjadi nasionalisasi pada awal 1958. Bahkan pada awal akhir Maret dan awal April 1958 Bandung kedatangan dua bintang Hollywood, suami isteri Eddie Fisher dan Debby Reynolds. Kedua bintang ini bahkan mendatangi kantor Pikiran Rakjat, untuk sebuah wawancara bahwa untuk menyaksikan bagaimana perhatian masyarakat Bandung terhadap film mereka yang berjudul Bundle of Joy. Mereka juga disebut mencari lokasi untuk syuting film beriktunya dan berada beberapa hari di Bandung.
Lawatan Debbie Reynold pas pada hari kelahirannya yang jatuh 1 April 1932. Referensi menyebutkan selain menjadi bintang film, ia juga menjadi penyanyi dan penari. Sementara suaminya Eddie Fisher lahir 10 agustus 1928 juag penyanyi sekaligus aktor film. Bundel of Joy sendiri menurut IMDB adalah sebuah film komedi musikal yang rilis pada 1956. Di Kota Bandung Bundle of Joy tayang di Elita dan Luxor pada minggu terakhir Maret hingga awal April 1958.
[caption id="attachment_418136" align="aligncenter" width="300" caption="Eddie Fisher dan Debbie Reynold (kerdit foto www.independent.co.uk)"]
Film ini menarik perhatian penggemar film di Bandung karena terdapat adegan dansa yang begitu energik. Lagu seperti “All About Love” dalam film itu bergenre swing jazz. Pada masa itu demam dansa masih menjangkiti kalangan muda kota Bandung, sekalipun sudah mendapat tantangan dari beberapa kelompok. Pada Februari 1958 Bandung juga disuguhkan film dramalainnya yang dibintangi Ronald Reagan dan Doris Day, The Winning Team. Doris Day adalah aktris yang juga penyanyi yang populer masa itu.
Film-film yang diputar lainnya pada akhir Maret hingga awal April 1958 di antaranya film penerbangan, Spirit of Louis (rilis 1957) yang dibintangi James Stewart diputar di Majestic, serta sebuah film perang kolosal The Bridge on The River Kwai rilis 1957. Film yang dibintangi William Holden dan Alec Guinnes ini diputar di Varia, Texas, Rivoli, Luxor pada 2 April 1958. Tiket untuk masuk tergolong paling tinggi di kota Bandung masa itu, yaitu Rp7 untuk kelas satu, Rp4,50 untuk kelas dua, serta Rp1,50 untuk Kelas III dan tentara.
Kota Bandung mempunyai beberapa tempat untuk kursus musik. Di antaranya International School of Classical Music di Jalan Sultan Tirtayasa Bandung. Untuk piringan hitam yang sedng tren anatara lain High Society yang merupakan soundtrack dari film berjudul sama dan dibintangi oleh Grace Kelly dan Bing Crossby. Piringan hitam ini antara lain dijual di Bandung Recording di Pasirkliki nomor 88.