Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bandung 1956 (4) Konferensi Internasional CAFEA dan Konferensi Mahasiswa Asia-Afrika

4 Januari 2014   14:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:10 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_313516" align="aligncenter" width="300" caption="Suasana Konferensi Mahasiswa Asia-Afrika (kredit foto Madjalah Merdeka, 16 Juni 1956)"][/caption]

Citra Bandung sebagai kota yang nyaman untuk melaksanakan konferensi dalam skala internasional masih melekat hingga 1956.Setelah keberhasilan menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika dan beberapa konferensiinternasional pada 1955. Paling tidak ada dua konferensi internasional yang cukup penting di kota kembang ini.

Pertama pada4 hingga 6 April 1956, Bandung menjadi tuan rumah konferensi internasional ICC-CAFEA (InternationalChamber of Commerce Comissionon Asian and Far Eastern Affairs).Konferensi perekonomian dan perusahaanini diikuti oleh sejumlah negara Asia, serta peninjau dari RRC, Amerika Serikat, Belanda, Australia, Hongkong dan Prancis.Dari Indonesia hadirMenteri Muda Kementerian Perekonomian F. Umbas, serta PM Ali Sastroamidjojo.

“Pemerintah dan pengusaha harus bekerjasama demi kepentingan negara,” ujarPM Ali dalam sidang pleno konferensi di Gedung Merdeka.Kebanyakan negara Asia sebetulnya kaya raya, tetapi usaha berabad-abad diaduk-aduk oleh penjajahan sedangkan kemakmuran untuk rakyatnya dipinggirkan untuk kepentingan penjajah atau maksud-maksud yang sama.

Sidang ICC-CAFEA ini melahirkan sejumlah resolusi, antara lain politikdan pemerintah mendrong sekuat-kuatnya untuk menambah produksi dan menyimpan sebagian dari penghasilan yang berhubungan dan menanamkan simpanan itu dalam perusahaan dan pertanian.Selain itu perpajakan dan keuntungan yang merupakan hal dari suatu perjanjian bilateral yang ada dan yang mengatur perhubungan dan perniagaan antara dua negara yang berkepentingan hendaknya ditolak oleh negarapribumi dan penghasilan dari luar negeri itu dibebaskan dari pajak.

Kedua, pada 30 Mei hingga 7 Juni 1956, Bandung menjadi Konferensi Mahasiswa Asia Afrika (KMAA)yang diikuti oleh 28 negara. Seharusnya penyelenggaraan diadakan pada 26 Mei, tetapi pihak panitya mengalami kesulitankarena belum lengkapnya negara-negara yang memastikan diri hadir. Mulainya panitia terdiri 9 negara, Jepang, Filipina, Mesir, RRC, India, Indonesia, Birma, Iran dan Lebanon. Kemudian menyusut menjadi 5 negara , Indonesia, Jepang, Filipina, Mesir dan RRC.Selain itu ada gerakan diam-diam yang menghalangi terselenggaranya konferensi ini.Negara yang diundang semula adalah 46 negara.

Wakil Presiden RI Hatta mengeluarkan reaksi keras bahwa mereka yang menghalangi KMAA adalah pengkihanat. Untung atas upaya MenteriPendidikan, Pengaran dan Kebudayaan masa itu Sarino Mengunranoto konferensi diundurantara 30 Mei hingga 10 Juni (Madjalah Merdeka, 9 Juni 1956). Pikiran Rakjat 23 Mei 1956 melaporkan bahwa wakil-wakil dari Tunisa, Madagaskar, Sudan dan Monaco adalah kontingen-kontingen yang pertama datang ke kota Bandung. Terpilih sebagai Ketua KMAA adalah Agusdin Aminoedin, yang juga menjadi Ketua Perserikatan Perhimpunan-perhimpunan Mahasiswa Indonesia.

Konferensi ini dibuka pada 30 Mei 1956 di Gedung Bioskop Varia, sementara sidang-sidangnya berlangsung di Gedung Merdeka.Tidak semua datang langsung dari negaranya, ada juga peserta yang sedang studi di negara lain datang mewakili negaranya. Misalnya Syria mempunyai peserta yang datang dari Amerika.Wakil Sudanjuga ada yang datang dari Leiden. Selain itu ada dua wakil untuk satu negara dalam credentie committee.Konferensi juga diwarnai perpecahan dalam delegasi India dan Pakistan.

Pertemuan antar mahasiswa ada yang bersifat formal dan ada yang informal. Yang bersifat informal misalnyapada 1 Juni 1956 siang, misalnya di Lobby Hotel Savoy Hommandelegasi dari Republik Demokratik Korea dengan ketau delegasinya Tjang Se Hwan mengadakan tea party dan ramah tamah dengan para anggota dari panitya persiapan nasional dan panitia persiapan setempat (Pikiran Rakjat, 2 Juni 1956).

Konferensi menghadapi kendala pertentangan politik yang dianut masing-masing negara, misalnya ada ada mahasiswa negara-negara berhaluan komunis. Suasana perang dingin yang berkecamuka masa itu tampaknya mewarnai suasana sidang.Peserta seharusnya membatasi diri selaku mahasiswa yang sifatnya non politis.Beberapa negara juga sedang bergulat melawan penjajahan. Wakil dari Aljazair misalnya mengungkapkan dari 27 juta anak di negerinya hanya 300 ribu yang bisa sekolah dan hanya 6000 orang yang dapat memasuki sekolah tinggi.Sementara semua anak Eropa pergi ke sekolah(Pikiran Rakjat, 4 Juni 1956).

Karena soal politik juga delegasi Filipina meninggalkan sidang secara sukarela 2 hari menjelang penutupan.Sebanyak 27 peserta lainnya dengan suara bulat mengambil beraap keputusan penting, mulai dari masalah umum sampau ke masalah yang meliputi dunia mahasiswa (Madjalah Merdeka, 16 Juni 1956).

Di antara poin yang penting adalah para peserta menentang kolonialisme dan ras-diskriminasi.

1.KMAA memperkuat dan menyokong resolusi-resolusi KAA 18-24 April 1955 di Bandung dan menyerukan kepada semua mahasiswa di Asia dan Afrikasupaya membuat semangat Bandung sebagai dasar kerjasama.

2.Menganjurkan supaya declaration of human rights PBB dilaksanakan di wilayah Asia dan Afrika, menghukum dan menentang kolonialisme. Mengakui bahwa tanggal 18 April tiap tahun sebagai hari anti kolonialisme Asia Afrika.

3.Menyokong perjuangan yang sekarang dijalankanoleh rakyat di Alajazair, Indonesia Irian Barat, Palestina pemulihan hak-hak dan penegmbalian pengungsian bangsa Arab ke tanah air mereka, serta perjuangan rakyat di Kenya.

4.Menyarakan para mahasiswa aktif dalam pembangunan bangsa mereka sesuai fungsi kaum intelgensia dalam masyarakat.

Kearah perdamaian dunia pernyataan para peserta.

1.Memberi sumbangan terhadap peredaan keteganagn inetrnasional umumnya dan dinegara-negara Asia dan Afrika khususnya dengan berpegang teguh kepada prinsip-prinsip yang tercantum dalam Piagam PBB.

2.Rakyat semua negara mempunyai untuk diwakili dalam PBB.

3.Menuntut supaya ilmu nuklirdipakai untuk tujuan damai seperti yang ditetapkan dalam resolusi-resolusi dalam konferensi internasional mengenai tenaga atom yang dilangsungkan di Jenewa.

4.Menuntut supaya percobaan senjata-senjata nuklir diakhiri di mana pun di dunia ini.

Pertukaran Pengetahuan Akademis.

1.Mengadakan seminar-seminar menegnai soal-soal ilmu penegtahuan dan soal-soal dibagian lain di Asia dan Afrika pada waktu tertentu.

2.Tukar-menukar pengalaman, pendapat dan hasil-hasil peneylidikan ilmu dengan jalan mengadakan eprtemuan, konferensi dan seminar.

3.Tukar-menukar profesor, mahasiswa dan ahli-ahli untuk mengadakan penyelidikan tentang masalah tertentu dengan bantuan pemerintah.

4.Tukar-menukarmajalah ilmu dan majalah akademis di antara universitas dan college.

Hubungan kerjasama praktis.

1.Tukar-menukar mahasiswa, buku, kesenian, kesusasteraan.

2.Negara-gegara yang lebih maju memberikan fasilitas kepada mahasiswa dari negara-negara yang tertinggal.

3.Melakukan setiap usaha mendirikan Biro Dana Penukaran Mahasiswa guna mengumpulkan dana-dana buat penukaran mahasiswa antara negara-negara peserta konferensi.

4.Mendesak pemerintah dan badan partikelir di negera ayng bersangkutan untuk mengeluarkan beasiswa secara terus-menerus.

5.Mendesak pemerintah negara-ngara bersangkutan memberikan fasilitas kemerdekaan pendidikan kepada mahasiswa negeri jajahan.

Penyebaran Pengetahuan

1.Sejarah Asia dan Afrika harus diterbitkan di kalangan bangsa Asia-Afrika. Sejarah itu harus berdasarkan fakta-fakta yang sebenarnya dan kemajuan bangsa-bangsa itu.

2.Mahasiswa-mahasiswa harus dianjurkan untuk kenal-mengenal pernghidupan di negeri jajahan di Asia dan Afrika.

3.Mendesak kepada Pemerintah Asia-Afrika untuk menyelidiki kemungkinan-kemungkinan mendirikan lembaga internasional untuk mempelajari kebudayaan dan bahasa Asia-Afrika.

Hal-hal akademis.

1.Universitas harus mempunyai kedudukan otonomi dalam masalah akademis.

2.Mahasiswa harus mempunyai kemerdekaan berbicara menyatakan pendapat dan hak berorganisasi.

3.Mahasiswabersama staf universitas harus didengar pendapatnya dalam merancang pelajaran dan program pelajaran.

Hal-hallain yang dibicarakan ialah pemerintah masing-masing negara peserta memeprtinggi anggaran belanjanya di lapangan pendidikan guna memperbaiki keadaan mahasiswa dengan jalan meneydiakan tempat tinggal yang lebih baik, perpustakaan, kelengkapan alat laboratorium,buku-buku yang lebih murah dan bayaran yang baik bagi tenaga pengajar.

Pendidikan harus bebas dan diwajibkan sekurang-kurangnyasampai sekolah menengah. Uang sekolah bagi pelajaran harus diturunkan agar pelajar tidak punya dapat memperoleh pendidikan. Mahasiswa yang mengalami kesulitan ekonomi patut mendapat fasilitas yang diperlukannya . Selain itu pekerjaan yang tidak makan waktu (part-time jobs) bagi mahasiswa harus terjamin secara teratur (Madjalah Merdeka, 23 Juni 1956).

Irvan Sjafari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun