Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Top Box Office film Indonesia 2014: Menunggu Ledakan Supernova, Pesona Merry Riana dan Keanggunan Assalamualaikum Beijing di 10 Besar

31 Desember 2014   01:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:08 1416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Kecuali kalau ada lompatan besar jumlah penonton berdasarkan data dari www.filmindonesia.or.idposisi dua teratas top box office film Indonesiauntuk 2014, yaitu Comic 8 dengan jumlah penonton 1.624.067 dan The Raid 2: Berandal dengan jumlah penonton 1.434. 272 tidak terkejar lagi.Sementara posisi ketiga Hijrah Cinta dengan 711.205 penonton, ke empat Marmut Merah Jambu 640.682 penonton dan ke lima 99 Cahaya di Langit Eropa 2 dengan 587.042 penonton masih mungkin digeser oleh film yang tayang pada Desember ini, yaitu Supernova, Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh yang sudah memperoleh 461.353 penonton (berada di posisi 6). Ledakan Supernova ini rupanya bersamabeberapa film religi berhasil mendepak film para hantu dari posisi 10 besar. Lepas dari saya sendiri kurang puas terhadap Supernova.

Sementara film yang baru tayang Merry Riana : Mimpi Sejuta Dollar yang sudah memperoleh 200.247 penonoton hanya dalam kurang sepekan masih bisa mendongkrak, untuk sementara di luar sepuluh besar. Tetapi film inspiratif ini paling tidak saya prediksi masuk 10 besar di mana posisi ke 10 adalah Runaway dengan 371.567 penonton. Bahkan mungkin lebih dari itu, tetapi rasanya tidak menggeser dua teratas.Film yang tayang saat ini Pendekar Tongkat Emasbaru mengumpulkan 191.969 penonton, Kukejar Cintaku Ke Negeri Cina 247.064 penonton bergerak cukup lambat. Yang tayang 30 Desember ini Assalamualaikum Beijing berpeluanguntuk masuk 10 besar, tetapi masih tanda tanya bisa melewati angka satu juta penonton.

Apa yang menarik dari 2014 ini yang pertama ialah tidak satu pun film bergenre horror berada dalam 10 besar. Mungkin posisi film-film horror ini urutannya antara 11-20-an. Dibandingkan pada 2013 ada satu film horor 308 memperoleh 358 ribu penonton dan berada dalam posisi ke 9memberikan sinyal kepada sineas yang tetap ingin memproduksi film horror-biasanya budgetnya murah-untuk membuat inovasi dalam cerita dan sinematografi penampakan hantu yang masih berbau horor Jepang. Pantauan saya di bioskop memang pelajar SMA, dewasa muda masih melirik film bergenre ini, karena tokoh utamanya seusia dengan mereka.Kalau puas dengan 300 ribuan penonton dan dianggap balik modal, mungkin sineas tetap kukuh pada pakem horor hantu perempuan-walau anak kecil- tokoh perempuannya kerap berpakaian seksi.Sementara horor Hollywood terus bervariasi dalam ide cerita dan berpotensibisa meraup segmen ini, seperti yang terjadi pada Annabelle.

Ini sudah saya peringatkan pada tulisan saya http://hiburan.kompasiana.com/film/2013/12/31/top-box-office-film-indonesia-2013-99-cahaya-di-langit-eropa-tenggelamnya-kapal-van-der-wick-atau-soekarno--621078.html.Dalam tulisan itu saya sebut tak satu pun film horror di 5 besar, kini tak satu pun di 10 besar.Film cinta remaja masih ada wakil Marmut Merah Jambu –yang dijamin penggemar Dika- dan Runaway dengan bintang yang menjadi ikon remaja. Saya prediksi kalau film cinta remaja tidak beda FTV atau sinetron sulit memperoleh penonton di atas 350 ribu.

Kedua film religi lebih kukuh pasarnya. Terbukti tiga film bertema (atau bersinggungan dengan) religisanggup masuk posisi 10 besar dan pada 2009 pernah berada di posisi kedua dan ketiga. Kalau saja jumlah bioskop di Indonesia lebih menjangkau kota-kota kecil-termasuk di basis santri-, jumlah penonton digenre ini bisa terdongkrak.Begitu juga dengan penonton jumlah penonton film Pendekar Tongkat Emas seharusnya bisa lebih besar.

Yang menarik ketiga film religi yang masuk tiga besar itu, menawarkan dakwah yang tidak cerewet, tokoh utamanya tidak hitam putih dibanding film religi beberapa tahun sebelumnya. 99 Cahaya di langit Eropa menampilkan pasangan Rangga dan Hanum dengan misi Islam yang damai di Eropa, Hijrah Cinta kisah hidup ustad populer yang manusiawi dan pernah hidup dalam dunia yang kelam, begitu juga Haji Backpacker, kisah hidupnya banyak yang sebangun dengan orang kebanyakan dengan variasi berbeda. Jangan lupa hijab, pemakaian jilbab, kerudung sudah menjadi popular culture dnegan maraknya fashion show muslim, acara TV juga merupakan factor pendokrak bahkan simbiosis mutualisme.

Catatan ketiga sejumlah film yang berkualitas seperti Tabula Rasa dan Cahaya dari Timur : Beta Maluku tidak memperoleh jumlah penonton di atas 300 ribu-an. Saya setuju dengan Glenn Fredly, film bagus adalah film yang tak semata-mata mencari keuntungan jumlah penonton, melainkan mengangakat permasalahan sosial untuk dijadikan pelajaran. Memang masih perlu waktu untuk menciptakan pasar yang cukup signifikan untuk film seperti ini.Para sineasnya juga harus rajin berpromosi, mendidik pasar dulu, kalau perlu bergeriliya ke kampus.Satu film lagi, yaitu 3 Nafas Likas harusnya mendapat jumlah penonton yang cukup mengingat Soekarno, Tenggelamnya Kapal van Der Wijk, Di Bawah Lindungan Ka’bah berdasarkan sejarah bisa meraup penonton yang cukup. Tetapi saya melihat banyak remaja kita tidak tahu siapa ituDjamin Ginting,era 1950-an, hingga sejarah lokal karena pendidikan sejarah kita masih dipandang sebelah mata. Kalau pun ada materinya dari tahun ke tahun tidak banyak berubah dan kurang memberikan tempat bagi tokoh-tokoh lokal. Penulisan sejarah lokal pun masih kurang.

Catatan keempat ada fenomena baru mengangkat panorama keindahan negeri orang sebagai latar belakang cerita. Kalaumemang berdasarkan novel apa boleh buat, tetapi lama kelamaan itu tidak terlalu baik bagi pariwisata Indonesia.Persoalannya dan yang sekarang saya alami sebagai jurnalis wisata ialah pariwisata Indonesia kerap lebih mahal dan kesadaran wisatanya kurang. Saya baru tahu biaya pesawat ke Raja Ampat sama mahalnya dengan Paris.Ini juga menjadi masalah membuat keragaman tema film Indonesia. Padahal seperti LaskarPelangi menawarkan panorama Belitung mampu meraup jumlah penonton tertinggi saat ini.Tentunya juga didukung cerita.

Bagaimana dengan 2015?Saya kira film tampilnya beberapa film laga dan superhero merupakan kabar baik. Saya prediksi mampu meraih jumlah penoton yang cukup signifikan, karena orang penasaran. Tteapi kalau ternyata kualitasnya tidak diharapkan akan jadi boomerang. Sementara film berbau religi Islam bakal menyemarakan layar lebarsaya harap lebih bervariasi danfilm seperti itu sudah punya penonton sendiri. Masih perlu waktu untuk tema yang lebih berat dan memberikan pencerahan tentang permasalahan sosial.

Irvan Sjafari

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun