JAKARTA – Menjadi seorang aktivis muda tak pernah terlintas dalam pikiran sseorang mahasiswi UPN “Veteran” Jakarta, Gatari Dwi Hapsari. Awal mula nya, mahasiswi hubungan internasional angkatan 2016 ini hanya bertujuan untuk menyibukkan diri dalam mengisi waktu libur setelah ujian nasional SMA menuju perkuliahan di tahun 2016.
Di tahun 2016, ia terpilih menjadi ketua forum anak Tangerang Selatan. Terpilihnya Gatari menjadi ketua forum anak Tangerang Selatan tersebut menjadi awal mula ia memulai segala aktivitas yang ia jalani saat itu. Di karenakan menjadi seorang ketua forum harus aktif, hal tersebut mendorong ia untuk mengikuti lomba-lomba di SMA nya pada saat itu.
“Pas SMA aku ikut lomba debat dan pidato dalam bahasa inggris, terus ikut organisasi juga dan selama SMA aku selalu masuk 10 besar. Akhirnya dapet predikat siswa berprestasi pada saat itu,” ujar Gatari saat ditemui di lobby FISIP UPN “Veteran” Jakarta, Kamis (14/03/19).
Bagi Gatari sendiri, motivasi ia menjadi seorang aktivis dan siswa berprestasi saat itu pun hanya sekedar ingin mengisi waktu libur dengan kegiatan yang positif. Ia tidak pernah terpikirkan akan sampai sejauh ini langkah yang ia jalani. Masih di tahun yang sama, ia mendaftarkan diri dan lolos mejadi abang nona Tangerang Selatan. Abang Nona itu sendiri bertujuan sebagai duta pariwisata di Tangerang Selatan. Tidak berhenti disitu, di tahun 2016 Gatari juga terpilih menjadi duta anak Banten 2016 dan mendapat acvhievements agen perubahan informatika 2016.
“Tahun 2016 emang waktunya yang pas ikut kegiatan karena liburannya panjang daripada buang waktu jadi ikut hal-hal positif kayak gini aja sekalian nambah pengalaman,” ujarnya.
Di tahun 2017, Gatari mendapat predikat sebagai FCTC Warrior. FCTC sendiri adalah Framework Convention on Tobbaco Control, merupakan sebuah perjanjian internasional terkait kesehatan. Dimana fokus dalam FCTC tersebut adalah pengendalian tembakau anti rokok yang dibuat oleh WHO (World Health Organization).
Dalam pertemuan yang dilakukan, Gatari menjelaskan bahwa Indonesia belum menandatangani perjanjian FCTC itu sendiri. Ia merasa dengan Indonesia tidak menandatangani perjanjian tersebut akan membuat Indonesia lemah dalam regulasi pengendalian tembakau. Sehingga saat ia mengetahui hal demikian, ia mengikuti kegiatan FCTC Youth Summit yang bertujuan mengumpulkan pemuda-pemudi dari seluruh Indonesia untuk bisa mendorong pemerintah agar segera meratifikasi perjanjian tersebut. Terkumpul lah 40 orang dari 25 kabupaten di Indonesia, dan Gatari menjadi salah satunya. Para pemuda-pemudi tersebut diberi gelar FCTC Warrior atau pejuang FCTC. Setelah terpilih, ia mengikuti pelatihan dan membuat rencana tindak lanjut menuju masing-masing gubernur, walikota hingga DPR di daerahnya untuk mengendalikan pengendalian tembakau di daerah masing-masing atau bahkan sampai ke pusat.
“Soalnya aku gak suka sama rokok, merokok itu merusak diri sendiri aja gitu. Kalau ada pengendalian penggunaan tembakau gini kan berarti setidaknya ada pengurangan penggunaan tembakau di Indonesia. Insya Allah semuanya positif kok,” kata Gatari dalam menyampaikan aspirasinya.
Di bangku kuliah, Gatari kembali mendapatkan penghargaan sebagai mahasiswa berprestasi serta penghargaan sebagai mahasiswa aktivis. Ia berhasil mengalahkan beberapa nominasi lainnya yang ia rasa tidak kalah hebatnya.
“Perasaannya kaget tapi seneng dan bersyukur, padahal banyak yang lebih dari aku,” ujar Gatari saat di wawancarai.
Gatari berharap dengan terpilihnya ia sebagai mahasiswa aktivis dan berpestasi dapat memotivasi teman-teman lain agar bisa mengikuti jejaknya. Karena bagi Gatari sendiri untuk mengasah softskill harus terjun ke dunia sosial dan tidak selalu dalam bidang akademis saja,