Tulisan ini adalah refleksi dari ruang kantin kampus yang diisi oleh segelintir mahasiswa akhir yang punya cukup waktu untuk nongkrong nyambi cerita perihal apa saja, maklum rutinitas mahasiswa akhir yang cukup melelahkan.selain lelah mendengar pernyataan kapan wisuda pun menunggu dosen pembimbing yang tak kunjung datang-bahasa kerennya di PHP-hahay. Tapi tulisasn ini bukan menyoal problematika mahasiswa akhir yoo, biarlah mereka ( mahasiswa akhir ) dan tuhan yang tahu kapan dan bagaiamana hebatnya nanti mereka di wisuda.
waktu itu sekira pukul 10 pagi seorang kawan-sebut saja namaya Arnold-setelah menyeruput kopi yang dipesannya ia mulai menggerutu " ededeh menyesalka ( dialek Makassar, red; saya menyesal ) pilih jokowi''-saya mengira ia akan benar-benar berintegras dan tak mudah diintervensi.
''setiap kebijakan pasti sudah difikir matang-matang bro-pasti untuk kebaikan dan kesejahteraan rakyat'' ramadhin- mahasiswa akhir berkacamata bak penyanyi solo afgan syahreza coba menimpali. Maklum ramadhin ini termasuk dalm barisan jokowi lovers garis keras-bahkan saat muncul buku jokowi undercover tiap hari ia menyanggah isi buku tersebut melalui statusnya-ia beranggapan media sosial menjadi medium untuk melawan kebohongan dari si penulis buku.
Nah, berdasar dari percakapan kawan saya diatas maka saya mencoba merangkum analisis sederhana-produk kontemplasi penulis perihal kebijakan pakde jokowi yang berujung pada pro-kontra hingga tuntutan aksi demonstrasi. Dan pastinya dibumbui dengan percakapan di ruang kantin kampus yang barang tentu tak sehebat program ILC saat dipandu sang wartawan senior dengan suara khasnya.
1. Iuran bpjs
Soal bertambahnya iuran jaminan kesehatan nasional ( JKN) hingga mencapai angka 100 persen setelah terus mengalami defisit beberapa tahun terakhir, masuk dalam percakapan hangat hingga ke akar rumput-maklum saja semua akan kena dampak dari kebijakan tersebut, terlebih kalangan menengah ke bawah.kebijakan ini jelas bertolak belakang dari janji pak jokowi saat kampanye dan dilantik pada 2014 lalu perihal jaminan kesehatan dan peningkatan anggaran kesehatan .
Mayoritas masyarakat waktu itu diberi secercah harapan dengan pembenahan total bpjs-terlebih bagi masyarakat miskin yang disusidi-penerima bantuan iuran (PBI)-oleh pemerintah-walau kadang juga harus merogoh kocek kalau-kalau ada hal tak terduga macam ketidaksediaan obat di apotek rumahsakit-walau itu akan diganti (klaim) dengan bukti pembelian namun masyarakat kadang malas untuk melakukan hal tersebut.
Naiknya iuran tersebut juga memantik diskusi pada tataran kampus hingga berujung aksi demonstrasi mahasiswa-sebut saja di Makassar ada front mahasiswa Makassar menggugat-. Aksi ini menjadi penguat narasi bahwa derita masyarakat adalah derita mahasiswa dengan begitu mahasiswa sebagai kaum terdidik menjadi tumpuan masyarakat agar kiranya kegelisahan dan unek-unek masyarakat dapat di dengar oleh para petinggi di negeri ini.
Banyak kekhawatiran yang muncul dari aturan baru terebut-salah satunya ialah akan banyak dari peserta JKN pindah kelas agar tak membayar sejumlah uang yang mereka anggap besar-walau nominal besar itu masih kita perdebatkan berdasar pada profesi si pengguna bpjs. hingga masih banyak lagi masalah yang akan muncul kedepan yang juga dikhawatirkan oleh asosiasi klinik Indonesia ( asklin ).
''saya tetap beranggapan bahwa defisit bpjs oleh karena factor x yang seharusnya juga difahami oleh masyarakat'' ramadhin coba memberi penjelasan
''akhh sudahlah, pemerintah yang tak pro rakyat tak usah kau bela mati-matian'' gumam Arnold dengan nada menukik