Mobilisasi massa untuk menggeruduk Tempat Pemungutan Suara (TPS) kembali terjadi di Pilkada Jawa Barat. Sebelumnya, cara berkampanye seperti itu pernah dilakulan oleh koalisi Partai Gerindra dan PKS di Pilkada DKI Jakarta tahun lalu.
Kini, pasangan calon Sudrajat dan Ahmad Syaikhi (Asyik) kembali mengerahkan relawannya untuk menjaga TPS di Jabar. Setidaknya ada 24 ormas yang hendak dikerahkan.
Meski berdalih demi keamanan, namun sebenarnya esensi mobilisasi massa tersebut adalah bentuk dari kampanye. Karena kegiatan itu dipropagandakan besar-besaran dan ditujukan untuk kemenangan salah satu calon, yaitu pasangan Asyik.
Hal itu bisa dikatakan sebagai pelanggaran kampanye. Pasalnya, pihak KPU sendiri telah menyatakan bahwa antara tanggal 24-26 Juni merupakan masa tenang yang dalam aturannya tidak diperbolehkan berkampanye.
Kalau kita mau jujur, gerakan jaga TPS dari kubu Gerindra dan PKS itu bukannya justru menambah keamanan saat pemungutan suara. Sebaliknya, mobilisasi massa itu berpotensi untuk dijadikan ajang intimidasi pemilih agar mencoblos calon yang mereka usung.
Menghadapi proses pencoblosan tersebut, seharusnya para pendukung Asyik bisa mempercayakan kepada penyelenggara Pilkada (KPU dan Bawaslu). Soal keamanan mereka bisa mempercayakan kepada pihak kepolisian. Bukan justru menggalang mobilisasi massa yang bisa menciptakan kegaduhan di masyarakat.
Pasangan Asyik memang tercatat sebagai pasangan calon yang paling banyak melakukan pelanggaran berkampanye dalam Pilkada Jabar. Kini ditambah lagi dengan kampanye terselubung seperti di atas.
Hal itu mempertegas bahwa ambisi politik Asyik sungguh tidak berpihak kepada masyarakat luas. Melainkan demi kepentingan kekuasaan mereka saja.
Upaya tersebut merupakan bagian dari kepentingan oposisi untuk menyuarakan #2019GantiPresiden. Padahal Pilpres masih dijalankan tahun depan.
Dengan begitu, pihak oposisi memang terlihat begitu getol memasukkan kepentingannya pada Pilkada serentak tahun ini. Â
Di sisi lain, kita juga harus kritis melihat kampanye terselubung seperti itu. Mengingat kemampuan dan kualitas calon yang diusung oposisi terlihat kalah dibandingkan calon lainnya. Jangan sampai kita salah pilih dalam Pilkada Jabar tahun ini.