Dulu waktu masih duduk di bangku Sekolah Dasar, saya bersama teman-teman sering bermain di papan titian. Papan itu terbuat dari bambu yang ditanamkan di tanah, dipasang melintang di satu sudut taman di belakang sekolah. Satu persatu kami mencoba berjalan di atas papan titian tersebut. Butuh konsentrasi dan keseimbangan agar kami dapat menyelesaikan satu putaran bolak balik papan ukuran dua meter itu.
Yang paling seru tentu saja saat kami harus duel satu lawan satu. Saya start dari sisi kanan, teman lain mulai berjalan dari sisi kiri. Kemudian ketika bertemu di tengah papan kami harus saling menjatuhkan. Ada kalanya kami jatuh bersama-sama, namun tak jarang ada yang mampu bertahan dan menyelesaikan pertandingan sampai akhir.
Berjalan dengan menjaga keseimbangan memang bukan perkara mudah. Seperti kebijakan “new normal” yang saat ini sedang digaungkan di Indonesia. Nyata sekali pandemi ini adalah masalah kesehatan. Namun tampaknya di sisi lain Pemerintah juga memperhatikan aspek ekonomi rakyat.
Di sisi kesehatan, jumlah positif corona masih terus bertambah angka kasus positif virus corona di Indonesia sudah menembus 100.000. Di sisi ekonomi, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mencatat korban PHK di masa pandemi ini berjumlah 7 juta pekerja. Lalu ada 30.000 perusahaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang mengalami kesulitan akibat pandemi ini.
Menghadapi masalah ini ibarat dihadapkan pada buah simalakama. Mau tetap PSBB resikonya akan semakin banyak pekerja yang dirumahkan. Pun demikian jumlah UMKM yang bermasalah akan berlipat. Mau langsung masuk "New Normal" secara penuh, resiko penularan covid-19 masih tinggi. Buktinya kurva kasus positif corona belum juga melandai secara signifikan.
Tiap hari kita disodori perkembangan terkini penanganan corona di Indonesia.
Maju kena mundur kena. Langkah yang diambil Pemerintah ibarat berjalan di atas papan titian. Tidak bisa berjalan asal-asalan, namun butuh perhitungan agar tetap seimbang.
Harapan saya, Pemerintah jangan buru-buru menerapkan suatu kebijakan di masa transisi ini. Wong kalau berjalan di papan titian tidak bisa buru-buru juga toh. Bisa-bisa malah jatuh.
D bidang ekonomi, sebagai contoh, beberapa waktu setelah PSBB dilonggarkan, kapasitas penumpang pesawat yang sedianya dibatasi 50%, sudah dilonggarkan menjadi 70%. Kok bisa secepat itu ya perubahannya, sudah diperhitungkan dengan prinsip keseimbangankah? Jangan hanya sekedar mencari cuan bagi sebagian pihak semata.
Di bidang kesehatan, seperti yang dikatakan Presiden Jokowi saat menyambangi kantor pusat Gugus Tugas Covid-19, Pemerintah berharap banyak pada kedisiplinan masyarakat dalam melaksanakan protokol kesehatan covid-19. Disiplin menjaga jarak saat di luar rumah, memakai masker, sering mencuci tangan.
Semoga bukan cuma harapan juga. Lihat saja bagaimana pasar-pasar ditutup karena terdapat pedagang dan buruh angkut yang positif virus corona. Lihat saja bertumpuknya penumpang KRL yang menunggu keberangkatan saat jam kerja.