Entah apa yang hinggap di kepala bapak-bapak aparat Dishub DKI. Sulit untuk mencerna dengan akal sehat, mengapa lampu pengatur lalu lintas di perempatan di bawah fly over Cawang justru membuat crowded. Padahal biaya pengoperasian TL tidaklah murah. Bila TL tersebut tidak mendatangkan manfaat, untuk apa buang-bunang biaya? [caption id="" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi: kekacauan lalu lintas di bawah fly over Dewi Sartika - Cawang (sumber foto: Kompas.com)"][/caption] Dimana-mana TL dipasang untuk mengatur lalu lintas kendaraan dengan cara bergantian. Sebuah model pengaturan yang sejatinya umum sejak dahulu kala, bila tak disebut primitif. Sejak manusia mengenal hidup berkelompok, manusia sudah mulai berpikir pengaturan waktu secara bergantian agar setiap pihak mendapat kesempatan. Lain cara berpikir manusia biasa, lain pula dengan para pejabat di Dishub DKI. Jelas bukan akibat kerusakan atau malfunction, karena stelannya sudah berlangsung lama tanpa pernah ada perubahan. Kesempatan jalan (lampu menyala hijau) dari arah Jalan Dewi Sartika menuju Jalan Otista dibuat bersamaan dengan kesempatan jalan dari arah Cawang depan Kantor BNN. Mengherankan! Tak mengherankan, kendaraan dari arah Cawang menumpuk terhambat lajurnya meskipun lampu hijau telah menyala. Demikian juga dengan kendaraan dari arah jalan Dewi Sartika. Keadaan ini diperparah dengan invasi bus Transjakarta di jalur yang sepertinya sengaja dibuat crowded itu. Apakah bapak-bapak di Dishub tak pernah blusukan? Sepertinya tak mungkin beliau-beliau itu begitu gagapnya dengan teknologi sehingga tak mengetahui lampu pengatur lalu lintas bisa distel untuk mendapatkan pembagian waktu yang paling optimum. Untuk sementara sampai nanti diketahui alasannya, kesemrawutan pengaturan kendaraan di bawah fly over Cawang itu diakibatkan oleh kemalasan berpikir bapak-bapak di Dinas Perhubungan DKI Jakarta.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI