Mohon tunggu...
Nafian Faiz
Nafian Faiz Mohon Tunggu... Wiraswasta - Membangun Komunitas

Hidup bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menyimpan Aib

20 Februari 2012   06:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:26 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Menyimpan Aib

Saya pernah membaca sebuah kisah disebuah majalah agama yang menceritakan seorang Ulama, sebuah cerita bagaimana sang Ulama yang begitu kuatnya memegang dan menyimpan sebuah Aib seseorang,walau sebenarnya aib itu bukanlah sebuah aib yang begitu berat, setidaknya untuk zaman sekarang ini, tapi rupanya bagi sang Ulama, Aib tetaplah aib dan pantang (dosa) untuk membuka aib tersebut.

Dikisahkan pada suatu hari sang Ulama sedang mengisi materi pada  majlis ta'lim, yang  jamaahnya mayoritas  ibu-ibu.

Setelah sang ulama memberikan materi selanjutnta diteruskan dengan   tanya jawab,tapi sebelum ada yang bertanya,tiba-tiba ada seorang jamaah  buang angin, ntuuuttt.

Mendengar suara aneh itu jamaah saling pandang dan suasana mulai sedikit berisik.
Dan suara itu cukup jelas tertangkap oleh pendengaran sang Ulama, darimana dan siapa sang Empu suara tanpa bentuk tapi memabokan  tersebut berasal.

Sungguh mulia akhlak sang Ulama,Apa yang dilakukan Sang Ulama?

Ternyata sejak detik itu sang Ulama pura-pura agak sedikit tuli,pada saat ada jamaah bertanya tentang agama,dia sang Ulama minta suara sang penanya dikeraskan,karena menurutnya  ada masalah pada  pendengarannya,hal itu dilakukannya demi menjaga rasa malu si ibu pembuang angin,dia tidak ingin ibu tersebut merasa malu.

Sikap pura-pura Tuli sang Ulama akhirnya menyebabkan beliau kemudian dikenal dengan sebutan  si Ulama Tuli, sang ulama terus mempertahankan ketuliannya sampai si wanita tersebut meninggal dunia beberapa tahun kemudian setelah peristiwa tersebut.

Nah kisah tersebut juga terjadi beberapa hari yang lalu,tepatnya akhir bulan Januari yang lalu,tentu dengan versi yang berbeda.

Ceritanya begini,hari itu saya kedatangan tamu,tamu saya waktu itu semuanya wanita kecuali satu orang, sang supir mubil ibu-ibu tersebut.

Ibu-ibu ini adalah Kepala Sekolah Taman Kanak -Kanak Dharmawanita Se Kecamatan,ada delapan orang dari delapan desa yang berbeda,yang salah satunya adalah Kepala sekolah TK dimana anak perempuan saya saat ini sekolah,dan dulu Waktu saya masih menjadi Kepala Kampung,saya  pernah sebagai pembina Sekolah tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun