"Kisah yang langka"
Hari itu seorang laki yang sudah berumur (tua) menangis sejadi-jadinya dan air matanya membasahi muka dan janggotnya,majlis hakim,jaksa,pengacara dan para pengunjung yang hadir dalam sidang tersebut ikut larut dalam keharuan suasana sidang keluarga yang bertikai,para hadirin hari itu dibuat takjub, meraka kagum terhadap kekuarga yang berperkara lebih-lebih kepada seorang ibu tua yang duduk didepan majlis hakim.
Hari itu adalah hari persidangan terakhir dari rangkaian sidang - sidang panjang,yang diluar dugaan para pihak yang berperkara,bagaimanapun suasana sidang dan lamanya waktu persidangan telah menyebabkan kejenuhan dan juga menimbulkan ekses ekses lain termasuk sulitnya menjaga silaturrohim sesama yang berperkara.
Mungkin saudara bertanya siapa para pihak yang berperkara dan apa yang menjadi masalah dan bahan sengketa? Apakah karena harta warisan,emas berlian,tanah,gedung bertingkat,atau karena hewan ternak? Bukan jauh dari itu
Kisah ini bermula dua orang kakak beradik yang memperebutkan hak asuh terhadap ibu kandungnya yang sudah tua yang hanya memiliki harta tak lebih cincin tembaga di jarinya manisnya,hanya itu.
Hari itu sang kakak menangis dan sedih karena pengadilan dan majlis hakim mengalahkannya dan menyatakan bahwa adiknyalah yang berhak mengasuh ibunya,betapa tidak, selama ini beliau memang yang merawat ibunya,tapi karena umurnya semakin senja datanglah adiknya ingin merawat ibunya,dia tidak ingin melepaskannya karena dia merasa masih sanggup untuk merawatnya,lebih dari itu. yang disedihkannya adalah hilangnya kesempatan amal ibadah yang begitu besar nilainya yakni berbakti kepada orang tuanya, dia ingat betul sabda Rasullulloh " celakah sesorang yang mendapatkan kedua orang tuanya atau salah satu dari keduanya yang sudah renta,yang seharus dia masuk surga karenanya" . Tapi hari itu majlis telah menjatuhkan vonisnya.
Hari sidang terakhir itu,majlis hakim meminta kepada kedua kakak beradik itu untuk dapat menghadirkan orang tua mereka,dan kepada keduanya diminta untuk menggendong ibunya secara bergantian,karena memang sang bunda sudah tak sanggup lagi berdiri dan berjalan dengan sempurna,kesempatan pertama sang kakak memapah sang ibunda,setelah itu giliran sang adik menggendong sang bundanya untuk didudukkan dikursi didepan majlis hakim.
Selanjutnya hakim bertanya kepada sang ibu,mana yang beliau pilih untuk merawat dirinya,sang ibu menolah ke sebelah kanannya melihat anak tertuanya sambil berkata " dia adalah mataku" sebuah ungkapan kasih sayangnya,selanjutnya dia menoleh kekiri melihat anak bungsunya seraya berkata "ini juga adalah mataku",sang bunda sungguh tak dapat menentukan pilihannya kepada kedua anaknya,baginya keduanya adalah belahan jiwanya,keduanya adalah anak solehnya yang selalu menyejukkan matanya bila memandanya,yang menenangkan jiwanya bila berbicara kepadanya,merasa damai bila bersamanya.
Akhirnya sang hakim memetuskan yang lebih berhak mengurus sang bunda adalah adiknya.
Itulah yang membuat sang kakak sedih dan menangis.
Dan kisah inipun membuat saya menangis saat saya membacanya,saya teringat saudaraku,saya teringat ibundaku,apalagi kisah ini kubaca saat aku dipenjara dan saat hari raya idul fitri 2011.
Kisah ini saya baca dari majalah "qiblati",sekumpulan paket majalah bekas yang dikirimkan seorang sehabatku melalui kantorpos,ke penjara untuk menemaniku menapak hari hariku.terimakasih sehabatku.
Menggala 31 agustus 2011