Hari ini ada dua seminar pra pendadaran, tapi bukan saya -__-“. Yang pertama tadi pagi mengenai rancang bangun alat simuasi medik untuk mahasiswa kedokteran dan yang terakhir sore ini tentang perencanaan energy hybrid di kabupaten Bantul. Insya Allah beberapa bulan lagi akan ada sidang pendadaran terkait karakterisasi sifat akustika serat alami. Aamiin…
Yang menarik pas sidang pra pendadaran sore tadi, seorang dosen pembimbing bertanya, “apakah bisa data yang ada dapatkan hari ini, menggambarkan kondisi penggunaan energi di bantul pada tahun 2025?”
Sekilas, saya jadi teringat materi tentang ekstrapolasi, yah meski dulu dapet nilainya nggak bagus-bagus amat, tapi masih inget lah sedikit. Ekstrapolasi adalah metode yang dipergunakan dalam memprediksi nilai dari suatu data atau fungsi yang berada di luar interval (data awal yang telah diperoleh). Untuk dapat memprediksi persamaan yang berada diluar interval maka sebelumnya perlu mengetahui atau terlebih dulu hafal konsep dari suatu persamaan ketika hanya diberikan sebuah grafik untuk di analisis dan didapatkan suatu prediksi (pendekatan yang tepat).
Artinya, dengan ekstrapolasi, kita bisa memprediksikan suatu nilai pada interval tertentu jika pada interval ada nilai yang diketahui serta persamaan yang konstan. Nah, misalkan pertumbuhan penduduk Indonesia sekian persen, maka 10 atau 20 tahun lagi, kita bisa memprediksikan jumlah penduduk Indonesia yang ada nanti. Meskipun itu hanya ilmu ‘prediksi’ tapi ekstrapolasi bisa digunakan untuk membuat roadmap jangka panjang.
Saya kemudia berpikir, seperti apa ya masa depan saya nanti ya jika apa yang saya lakukan hari ini biasa-biasa saja?. Atau lebih jauh lagi seperti apa kehidupan akhirat saya jika amal kebaikan yang saya lakukan di dunia ini hanya sekedarnya saja.
Jika tak ada hal istimewa yang kita lakukan saat ini, bisa jadi tak ada hal istimewa yang kita dapatkan di hari kemudian. Jika amal-amal yang saat ini kita lakukan hanya sekedarnya saja, sedekah hanya uang sisa belanja, berbuat baik hanya ketika ada maunya di hadapan manusia, puasa hanya ingin diet dan berhaji hanya untuk jalan-jalan ke Mekkah, apa jadinya kehidupan kita di akhirat nanti?.
Kondisi kita saat ni bisa jadi merefleksikan kondisi kita beberapa hari atau beberapa tahun kemudian, jika rasa malas terus menjadi tuan yang mnghambat segala aktivitas kita, kesuksesan takkan pernah sudi mendatangi para pemalas yang enggan bersusah payah dalam berusaha.
Orang yang sukses itu selalu lahir dari penempaan waktu yang teratur serta kerja keras dan sungguh-sungguh. Jika kemudian, definisi sukses yang dimaksud adalah sukses dunia dan akhirat, maka ada parameter tambahan yang harus disertakan, yaitu niat. Ikhtiar dan niat yang baik itulah yang akan mengantarkan kita pada kesuksesan. Bisa jadi indikasi kesuksesan itu tak terlihat instan. Hari ini bekerja, hari ini pula dapat hasilnya.
Usaha manusia itu seperti menanam jati, bukan sekedar menanam kecambah. Pohon jati akan tumbuh besar dan berbatang kuat dalam masa tumbuh dan berkembang yang lama, sedangkan kecambah mungkin hanya beberapa buan saja bisa diperoleh hasilnya. Proses kematangan yang baik itu memang membutuhkan waktu yang cukup lama. Akan tetapi, hasilnya akan jauh lebih baik ketimbang usaha-usaha instan yang kita lakukan tanpa perencaaan yang matang. Jika ingin masa depan jauh lebih baik, maka perbaikilah dirimu hari ini.Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H