Mohon tunggu...
Flea Andra
Flea Andra Mohon Tunggu... -

Saya sedih harus menuntut ilmu, karena ilmu tidak bersalah

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Akankah Reformasi PSSI Gagal Lagi?

11 Mei 2015   12:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:10 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Sebagaimana tulisan saya sebelumnya, bahwa resistensi akan terjadi dari KOI, KONI, Operator Liga dan Klub-klub Besar yang merupakan tulang punggung sepakbola Indonesia, karena mereka mengetahui konsekwensi kedepan seandainya melepaskan diri dari Federasi yang dianggap sah oleh FIFA sehingga Kelahiran PSSI baru versi Menpora tinggal menunggu waktu

Tetapi Saya khawatir Menpora tidak faham aturan Sepakbola Fifa. Karena di satu kesempatan Menporamengatakan surat FIFA ditujukan kepada PSSI bukan kepada Menpora. Yah dinegara manapun memang tidak ada ceritanya FIFA berkirim surat ke Pemerintah, satu2nya jalur korespondensi hanya melalui Federasi di negara masing2. Sanksi pun juga ditujukan untuk Federasi Negara Bersangkutan, bukan ke Pemerintah atau Menporanya..aya2 wae.

Memang benar FIFA arogan, berkuasa mutlak dalam hal aturan bola, siapa yang boleh siapa yang tidak boleh dst. Bahkan main sepakbola dengan kaki milik sendiri, lapangan sendiri, bola2nya sendiri, bila tidak dibawah Federasi afiliasi Fifa akan dianggap Breakway liga, dan dilarang FIFA. Sebuah negara anggota FIFA, hanya akan diberi 2 pilihan: Take it or Leave it. karena itu FIFA sangat anti intervensiuntuk mempertahankan hak Privilige tersebut.

Saya setuju Menpora mereformasi PSSI, tetapi musti lewat koridor yang jelas. Sehingga tidak gagal maning seperti yang kemarin.

Beberapa pertanyaan;


  1. Menpora ingin kompetisi tetap berjalan dibawah tim transisi, bukan dibawah PSSI (yang telah dibekukan), tetapi tetap diakui FIFA. Hal ini sangat rancu karena kompetisi diluar supervisi PSSI akan dianggap sebagai breakway liga, dan dilarang oleh FIFA.
  2. Mencari operator baru bila PT LI menolak memutar kompetisi. Mencari operator sih gampang, Tetapi sebuah Kompetisi membutuhkan perangkat2 pertandingan, wasit, official, komisi ini komisi itu dll, lalu pesertanya siapa kalau 18 Klub telah menyatakan menolak berkompetesi di bawah tim transisi?akankah kembali menghadirkan tim2 kloningan? Lalu liga TERBERSIH kembali hadir? alias bersih dari penonton, bersih dari sponsor..lantas utang menunggak, pemain kembali mati kelaparan..kompetisi gagal maning.. masih ingat kan kisah Nyosorsium di Konflik IPL-ISL kemarin?
  3. Seandainya point tsb tidak terlaksana, FIFA menjatuhkan sanksi terhadap Indonesia. Maka PSSI akan dibubarkan lalu membentuk federasi baru dan mendaftarkan kembali ke FIFA. Sayang sekali hal ini sepertinya juga tak akan semulus rencana bila mengaca pada konflik negara-negara yang pernah terkena suspend akibat campur tangan pemerintah dalam hal pemilihan pengurus Federasi( Ethiopia (2008), Peru (2008), Iran (2006), kuwait (2007) dll). FIFA menuntut pengurus yang terpilih secara demokratis oleh para voternya untuk kembali di Federasi.
  4. Kemenpora menyatakan akan mengadakan pemilihan ulang pengurus PSSI. Nah masalahnya Konggres ulang hanya terlaksana bila ada permintaan 2/3 Voter sah, Tanpa memenuhi persyaratan tersebut tidak akan ada konggres ulang,
  5. Bila Menpora tetap menyelenggarakan konggres ulang tanpa adanya permintaan (voter sah), lantas siapa yang akan hadir?mungkinkah Heri, Dupret, Edward Blank, Pak Otto dkk yang akan hadir??dan hasil konggres akan dibawa kemana? Atau barangkali cukup dimintakan Stempel Halal saja dari MUI?
  6. Pembekuan PSSI saat iniberbeda dengan pembekuan PSSI jaman Menpora Andi Malarangeng. Karena Jaman Menpora AM, PSSI dibekukan dan dikembalikan lagi ke FIFA (jelas komunikasi dan koordinasinya), barulah FIFA menerjunkan Komite Normalisasi yang diketuai Bapak Agum Gumelar. Sementara Pembekuan saat ini, PSSI langsung disikat tanpa peduli apa kata FIFA
  7. Banyak dari anggota tim transisi yang masih terlihat bingung apa yang harus dikerjakan, tidak begitu paham tentang Bola, malah ada yang mengundurkan diri karena berbeda pandangan dengan Menpora, padahal waktu terus berjalan ke deadline yang diberikan FIFA, Time is running out
  8. Segala hiruk pikuk, pengorbanan, kerugian2, serta Reformasi Tim Transisi hasilnya akan sia-sia kembali ke nol lagi jika tak mengindahkan poin-point diatas karena pemenang Kompetesi tak akan kemana2. Federasi baru juga tak akan diakui tanpa adanya Independensi yang disyaratkan FIFA.
  9. Jangan dulu bikin road map muluk2 “Indonesia di Piala Dunia 2025” selain tahun 2025 tidak ada Gelaran Piala Dunia (world cup agenda 4 tahunan, ada di tahun 2022 dan 2026) juga musti menjinakkan dulu Fifa atau Para Voter dan Klub2 ISL. Tanpa itu ga akan ada namanya Timnas, tak bisa kemana-mana bila terkena sanksi Fifa
  10. Untuk “merebut” PSSI sebaiknya Menpora bergerilya ke para voter, pengprov2, klub2 untuk berada di barisannya
  11. Bila tidak mampu dengan poin diatas, sebaiknya Menpora membentuk FIFA tandingan saja, dulu bung Karno pernah melaksanakan ide tersebut bersama negara2 NEFO (New emerging Forces). siapa tahu saat ini ada negara lain yang tertarik. Barangkali negara Hastinapura, Jenggala, Kailas dll tertarik bergabung dengan Menpora.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun