Hamparan hijau membentang sejauh mata memandang, di bawah kaki gunung Arjuna dari utara ke selatan. Bumi nusantara tiada duanya di khatulistiwa.Â
Hutannya lebat seperti rambut seorang gadis belia, berkilau terurai tertiup angin. Meski pun sekian banyak telah hilang namun, ia tumbuh dan tubuh subur.Â
Sebatang sungai bening memecah sepinya rimba belantara, gemercik air mengalir bawa oroma rumput basah. Ada yang tak dapat aku lupakan saat kubasuh wajahku.Â
Ketika sinar mentari menembus rimbunnya dedaunan, kicau burung ramai bersaut-sautan bersembunyi di ranting-ranting kering. Siapa yang tak kenal nusantara?Â
Dan siapa yang tak suka nusantara, berarti dia bukan pribumi? Tapi aku dilahirkan disini dan dibesarkan hingga dewasa, dibelai mesra lentik jari ibu pertiwi.Â
Hamparan hijau membentang janganlah kita sia-siakan, jangan pula kita biarkan penebang liar berbuat semaunya. Gemuruh pohon-pohon tumbang harus dihentikan!
*Singosari, 26 Juni 2020*
@jbarathan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H