Mohon tunggu...
JUNUS BARATHAN
JUNUS BARATHAN Mohon Tunggu... Guru - Secangkir KOPI Hangat...

Mari kita bersulang...SOBAT.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Manusia dan Seni Budaya

12 November 2020   12:48 Diperbarui: 12 November 2020   12:55 1590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: 500px.com

Seni Rupa terapan (applied art) yaitu seni rupa yang memiliki kegunaan (fungsional) sekaligus memiliki nilai seni. Karya seni ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan praktis atau memenuhi kebutuhan sehari-hari secara materi, misalnya furnitur, tekstil, keramik, dan sebagainya.

Seni adalah pernyataan emosi. Emosi mewarnai cara hidupnya (kebudayaan). Emosi dan cara hidup itu berpadu. Seni sebagai nilai estetika menyusup ke dalam sosial, ekonomi, teknik dan lain-lain.

Upacara adat dikerjakan dengan seindah mungkin. Pakaian untuk menutup aurat dibuat cantik. Alat kerja diukir menjadikannya indah. Dalam tindakan kebudayaan orang juga ingin memuaskan rasa kesenangannya melalui nilai-nilai estetika. Karena manusia bukan hanya makhluk berpikir, tapi juga merasa. Dan kebudayaan ialah pernyataan cara berpikir dan cara merasa sekelompok manusia.

Menurut Sidi Gazalba, Tiap karya seni adalah ciptaan. Apa yang dikatakan cipta? Mengadakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada. Suatu lukisan,
suatu lagu, suatu bentuk bangunan yang sebelumnya tidak ada, diadakan oleh pelukis, komponis, arsitek, itulah yang dikatakan ciptaan. Seorang  pelukis melukis suatu lukisan yang sebelumnya sudah ada, tak dapat dikatakan pelukis itu mencipta. Si peniru tidak berhak dijuluki seniman, karena ia tidak mencipta. Dan karya itu tidak disebut seni, melainkan kerajinan seni atau kraftangan.

Yang diciptakan itu sesungguhnya bentuk. Bentuk garis, cahaya, warna adalah lukisan. Bentuk garis, cahaya, warna, dan gerak adalah film. Bentuk gerak misalnya tarian, bentuk nada adalah musik dan lagu. Bentuk bahasa (kata-kata)  adalah puisi dan prosa, dan lain-lain.  

Dengan demikian, bentuk itu menimbulkan kesenangan. Kesenangan yang estetik, yaitu kesenangan yang dilahirkan oleh nilai keindahan. Pertanyaannya, mengapa tiap kebudayaan mengandung kesenian dan dalam tiap masyarakat selalu kita temukan gejala kesenian?

Karena kesenian itu berakar pada sumber yang membentuk kebudayaan masyarakat itu. Sumber itu adalah manusia. Tidak ada manusia yang tidak mengingini bentuk-brntuk kesenangan yang estetik. Karena kesenangan adalah "fitrah" manusia. 

* Singhasari, 12 November 2020 *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun