Gugur bungaku di taman bakti
Di haribaan pertiwi
Harum semerbak menambahkan sari
Tanah air jaya sakti...
Begitulah, cuplikan syair lagu "Gugur Bunga", membahana di pelataran lapangan basket SMP Negeri 1 Purwosari Pasuruan, dinyanyikan bersama oleh Dewan Guru, Staf TU, dan siswa-siswa pada setiap tanggal, 10 November setiap tahunnya.Â
Ya, memang pada hari itu sedikit berbeda di lingkungan sekolah, tampak semarak beragam corak busana pahlawan tempoe doeloe. Ada Jong Java, Jong Sumatra, Jong Kalimantan, Jong Sulawesi, Jong Ambon, Jong Bali, Jong Nusa Tenggara dan seterusnya, yang diperagakan oleh seluruh warga sekolah, baik guru maupun siswa.Â
Hari ini hari yang sangat istimewa bernuansa perjuangan, seluruh warga sekolah turut serta memperingati hari Pahlawan 10 November untuk mengenang kembali pertempuran sengit arek-arek Suroboyo melawan tentara Inggris yang dikenal dengan, "Peristiwa 10 November di Surabaya"... Merdeka atau Mati!
Acara memperingati hari Pahlawan setiap tahunnya di sekolah selalu digelar sebuah kegiatan cerdas cermat yang bertemakan "Bela Negara" dan diikuti 3 orang siswa dari masing-masing perwakilan kelas. Dengan maksud memberikan pemahaman kepada siswa tentang bagaimana dan tujuan membela Negara.
Namun sebelumnya seluruh rangkaian kegiatan akan diawali dengan upacara bendera, selaku pembina upacara Bapak kepala sekolah SMP Negeri 1 Purwosari Pasuruan, yang diikuti oleh seluruh peserta upacara Guru, TU dan Siswa (warga sekolah).Â
Alhamdulillah, upacara berjalan tertib dan khitmad. Dengan penuh semangat membara pembina upacara menyampaikan pidato Bung Tomo, dengan suara lantang menggelegar berapi-api, untuk membangkitkan dan membakar semangat kepahlawanan seluruh peserta upacara, dengan diawali pekik kemerdekaan "Merdeka...Merdeka...Merdeka"Â yang diikuti oleh seluruh peserta upacara.
Kilas balik 10 November 1945
Pada 10 November pagi, tentara Inggris mulai melancarkan serangan berskala besar, yang diawali dengan pengeboman udara ke gedung-gedung pemerintahan Surabaya, dan kemudian mengerahkan sekitar 30.000 infanteri, sejumlah pesawat terbang, tank, dan kapal perang.Â
Inggris kemudian membombardir kota Surabaya dengan meriam dari laut dan darat. Perlawanan pasukan dan milisi Indonesia kemudian berkobar di seluruh kota, dengan bantuan yang aktif dari penduduk yang hanya bersenjatakan bambung runcing, kelewang, ketepel, senjata rampasan, dan senjata api model kuno.Â
Terlibatnya para penduduk dalam pertempuran ini banyak mengakibatkan ribuan penduduk sipil jatuh menjadi korban dalam keganasan serangan tersebut, baik yang meninggal maupun yang luka-luka.