Sebelum menikah, sebagian besar laki-laki mungkin menjalani kehidupan yang sederhana, terbatas pada rutinitas seperti makan, tidur, belajar, bermain, atau berkumpul dengan teman-teman. Namun, setelah pernikahan sering kali menjadi titik balik yang membawa perubahan besar dalam hidup seorang pria, terutama saat ia menjalani peran sebagai suami.Â
Tanggung jawab baru ini mendorong laki-laki untuk mengembangkan keterampilan yang mungkin sebelumnya tidak pernah terbayangkan. Semua ini terpaksa dilakukan karena situasi dan kondisi, di mana suami sebagai kepala rumah tangga yang harus bertanggung jawab dalam kehidupan rumah tangga.
Dari menjadi tukang reparasi rumah hingga koki dadakan, banyak suami mendadak menjadi serba bisa demi menjaga kelangsungan rumah tangga. Perubahan ini biasanya didorong oleh tanggung jawab keluarga, kebutuhan efisiensi, serta dorongan untuk membantu pasangan. Selain itu, ada rasa bangga yang tak ternilai ketika berhasil menyelesaikan tugas-tugas yang membawa kebahagiaan bagi keluarga.
Sebagai kepala keluarga, seorang suami kerap berperan sebagai tukang reparasi dadakan, menangani masalah kecil di rumah seperti memperbaiki keran bocor, mengganti engsel rumah, memperbaiki kompor atau mengganti lampu. Dengan bantuan tutorial online dan alat seadanya, banyak dari mereka yang berhasil menyelesaikan pekerjaan ini tanpa perlu memanggil teknisi.
Selain itu, dapur sering kali menjadi tempat eksplorasi baru bagi para suami. Mereka mulai memasak menu sederhana atau bereksperimen dengan resep baru, terutama ketika situasi menuntut seperti istri lagi sakit, istri baru melahirkan atau istri lagi tugas luar. Biasanya masakan yang dimasak ala kadarnya saja, demikian juga dengan rasa dan penampilan masakan biasa - biasa saja. Tapi istri harus maklum, apalagi suami yang belum terbiasa memasak.
Tidak hanya itu, pengelolaan anggaran rumah tangga juga menjadi tanggung jawab yang umum diemban, memastikan semua kebutuhan terpenuhi dan keuangan keluarga tetap teratur. Dalam aspek emosional, seorang suami sering berperan sebagai pendengar setia dan sumber nasihat, baik untuk pasangan maupun anak-anak.
Namun, perjalanan menjadi suami multi-talenta tidak selalu mudah. Banyak pria merasa kewalahan karena kurangnya waktu untuk diri sendiri dan tekanan untuk selalu tampil sempurna dalam setiap tugas. Terkadang, usaha mereka dianggap biasa saja, bahkan tidak dihargai, yang dapat memunculkan rasa frustrasi.
Untuk menghadapi tantangan ini, penting bagi suami untuk belajar secara bertahap dan fokus pada prioritas. Komunikasi terbuka dengan pasangan tentang pembagian tugas rumah tangga juga dapat meringankan beban. Selain itu, suami perlu mengingat bahwa meminta bantuan bukanlah tanda kelemahan, melainkan upaya untuk menjaga keseimbangan hidup.
Menjadi suami multi-talenta adalah salah satu wujud cinta dan komitmen terhadap keluarga. Dengan terus mengembangkan kemampuan, suami tidak hanya membantu meringankan tugas rumah tangga, tetapi juga mempererat hubungan dalam keluarga.
Ketika suami dan istri saling mendukung dan menghargai, keluarga akan menjadi tempat yang penuh kebahagiaan dan kehangatan. Apa pun peran yang dijalani, setiap usaha adalah bentuk kasih sayang yang layak diapresiasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H