Ia hidup penuh dengan kepalsuan
Sebagaimana ia tersenyum meski ia tak ingin
Jangan melihatnya hidup dengan nikmat
Sebab lebih banyak tanggungan di pundaknya
Senyum tertarik panjang dengan bibir manis itu
Amat menawan dan menyilaukan
Namun matanya berkata lain
Redup di matanya, apakah kau melihatnya?
Jangan merasa lebih tinggi dari dirinya
Sebab langit tidak pernah meneriakinya
Justru menangis merasakan perih dan sedihnya
Ia lebih bermartabat daripada dirimu dan diriku
Ia berkesempatan sebagai manusia terhormat
Namun dunia memang sangat nakal
Sekedar untuk menjaga adik-adiknya
Ia melangkahkan kakinya di jalan berlumpur itu
Aku tidak lebih kuat daripada dirinya
Kau pun akan runtuh bila menapaki jalannya
Sedangkan ia dihujat dunia yang sombong
Tak melihat isi hatinya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H