Indonesia bukanlah satu-satunya negara yang memiliki kepercayaan pada takhayul. Takhayul tersebar di seluruh penjuru dunia.
Takhayul menghubungkan manusia dengan kepercayaan akan adanya makhluk dimensi lain (hantu/gaib). Takhayul juga menghubungkan kita dengan sejarah, yang juga membantu kita memahami perjalanan dari nenek moyang kita.
Takhayul di suatu tempat berbeda dengan tempat lainnya. Misalnya saja takhayul pada angka "4", tanggal 13, gerhana bulan, gerhana matahari, upacara pemanggilan, ritus pengusiran, dan tolak bala.
Membahas takhayul yang berkaitan dengan hantu, di Austria terdapat suatu upacara pengusiran roh-roh jahat yang dilakukan dalam wujud pawai. Topi yang penuh warna, serta bunyi bel diyakini dapat membuat roh jahat menjauh. Pawai ini dilangsungkan pada saat musim dingin. Pawai ini bertujuan untuk mengusir roh-roh jahat yang berdatangan bersama dengan musim dingin.
Topi yang dikenakan oleh para peserta pawai tidak seperti topi yang kita ketahui pada umumnya. Bentuknya sekilas seperti bianglala, ada pula yang berbentuk seperti bintang. Di bagian dalam ada tempat lilin. Topinya berukuran sangat besar dan tinggi, serta bercahaya. Dengan ukuran sebesar itu, tentu topi tersebut juga memiliki bobot yang besar hingga 20 kg.
Belum lagi ditambah terdapat tiga bel berukuran besar yang dipasangkan/digantungkan di sisi kiri, kanan, dan belakang, membuat beban yang dibawa menjadi lebih berat. Dengan mengenakan baju berwarna putih dan topi yang sangat eksentrik, para peserta pawai akan berjalan dalam satu garis memanjang di tengah jalanan yang dingin.
Para peserta pawai akan berkumpul di satu titik yang telah dijanjikan bersama, kemudian mereka mulai menyalakan lilin yang berada di dalam topi besar tersebut.
Sebelum mulai mengenakan topi itu, para peserta pawai akan bernyanyi bersama, sebuah lagu lokal untuk memberi semangat kepada peserta pawai. Setelahnya topi akan dipakai, dan perjalanan pawai akan dimulai dengan ditandai suara letusan. Mereka akan berjalan melewati permukiman penduduk dan wilayah ladang sebanyak mungkin.
Ketika pawai berlangsung akan terdengar suara keributan yang dihasilkan oleh bunyi bel yang mereka bawa. Diyakini bahwa roh-roh jahat akan pergi menjauh dari permukiman penduduk dan ladang. Sehingga lingkungan akan terbebas dari roh jahat, serta ketika masa bercocok tanam hingga panen kelak akan lancar.
Rute yang dituju adalah ke arah pusat kota, istirahat, kemudian perjalanan balik dengan hal yang sama. Pawai kemudian ditutup dengan kembali menyanyikan lagu bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H