Mohon tunggu...
June
June Mohon Tunggu... Freelancer - nggak banyak yang tahu, tapi ya nulis aja

Pengamat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Panic Buying, Latah Egoisme terhadap Virus Corona

6 Maret 2020   13:54 Diperbarui: 6 Maret 2020   14:16 10504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mewabahnya virus corona ke berbagai negara membuat seluruh dunia dilanda kepanikan massal. Banyak orang yang mengisolasi diri dari aktivitas di luar ruangan. Akibat dari merajalelanya penyebaran virus ini, banyak kebijakan yang dikeluarkan.

Beberapa kebijakan tersebut seperti dikosongkannya air suci di gereja Katholik yang biasa digunakan untuk membuat simbol tanda salib ketika memasuki gereja, pengalihan sistem presensi dengan finger print ke bentuk manual di beberapa universitas dan institusi lainnya, pidana kepada pelaku penyelundupan masker dan yang menaikkan harga masker melambung tinggi, serta beberapa kebijakan lainnya. 

Masyarakat yang terlanjur panik menghadapi kenyataan bahwa virus corona masuk ke negaranya menjadi latah mementingkan diri sendiri. Beberapa pemberitaan mengabarkan masyarakat latah memborong stok makanan di pasar seperti mie instan dan kebutuhan lainnya, termasuk masker.

Kejadian ini bahkan mendapat respon dari Aming. Aming menyindir para pemborong tersebut dengan mengatakan bahwa bukan corona yang akan membunuhmu melainkan saudaramu sendiri (mereka yang menghabiskan stok makanan dan masker di pasar.

Hal ini tentu menjadi perhatian besar publik, terkhusus di Indonesia. Kalau seperti ini maka hanya orang yang mampu saja yang akan selamat.

Mereka yang tidak mampu bukan mati karena virus corona, melainkan oleh tindakan saudara-saudara sekalian yang menghabiskan stok makanan dan masker di pasar untuk dirinya sendiri. Serta mereka yang menyulundupkan masker untuk kemudian melambungkan harga. Mereka yang tidak mampu akan mati karena kelaparan. Sekali lagi, karena kelaparan, bukan karena virus corona. 

Di tengah banyaknya penjual yang memanfaatkan situasi ini untuk meraup untuk yang lebih besar, terdengar nama Susanna Indriyani. Susanna merupakan seorang wanita berusia 57 tahun yang merupakan pemilik toko di daerah Jakarta Utara. 

usanna menjadi viral karena prinsipnya untuk tetap memegang peri kemanusiaan dan peri keadilan. Ia menolak menjual sembako kepada mereka yang hendak memborong, meskipun ia ditawari dengan harga beli yang tinggi oleh para pemborong tersebut. Tokonya mendadak diserbu warga sekitar setelah dirilisnya berita warga Depok yang terinfeksi virus corona.

Susanna memberlakukan pembatasan pembelian, agar semua warga bisa mendapatkan kebutuhan yang seimbang dan adil, ia menolak untuk berlaku licik dengan memanfaatkan situasi ini. Dari kabar lainnya, Susanna juga memberlakukan kebijakannya ini pada saat banjir melanda Jakarta. 

Sindiran dari Aming patutnya menjadi penyadar kita dan para pemborong. Dan apa yang dilakukan oleh Susanna hendaknya menjadi panutan bagia para penjual lainnya. Jangan sampai kita membunuh saudara sendiri dengan melakukan panic buying sebagai latah egoisme menghadapi virus corona ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun