Mohon tunggu...
June
June Mohon Tunggu... Freelancer - nggak banyak yang tahu, tapi ya nulis aja

Pengamat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Semiotika Roland Barthes

1 Oktober 2019   07:14 Diperbarui: 23 Juni 2021   09:04 19642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Roland Barthes (sumber gambar: lalibre.be)

Roland Barthes merupakan salah seorang semiolog terkemuka di ranah akademisi bidang humaniora, khususnya studi Ilmu Komunikasi. Sumbangan terbesar Barthes adalah peta analisis semiotika 2 tahap signifikasinya. 

Gagasannya ini merupakan kelanjutan lebih dalam dari pemikiran Ferdinand De Saussure. Apabila analisis semiotika aliran Saussure berupa tanda denotatif dan tanda konotatif, Barthes mengembangkan analisis tersebut menjadi lebih dalam lagi. 

Baca juga: Semiotika "Pilando"

Terdapat dua proses signifikasi dalam peta analisis Bathes. Tahap pertama atau signifikasi pertama adalah tataran denotatif. Tanda denotatif juga merupakan penanda konotatif, yang sudah masuk pada tahap atau signifikasi kedua.  

www.dictio.id
www.dictio.id
Tahap atau signifikasi pertama adalah aspek bahasa, sedangkan tahap atau signifikasi kedua adalah aspek mitos. Aspek mitos inilah yang merupakan goals dari memilih aliran Barthes untuk menganalisis tanda. Dengan menggunakan aliran Barthes untuk menganalisis tanda, mitos menjadi apa yang hendak ditemukan oleh si pemakai analisis dari Barthes ini.

Baca juga: Belajar Teori Semiotika dari Charles Sanders Pierce

Mitos dalam aliran Barthes bukanlah mitos seperti kisah mitologi atau sejenisnya. Mitos di sini adalah ideologi. gagasan yang terus diproduksi secara berulang di mana tanda berada.

Banyak para mahasiswa yang secara gamblang memilih untuk menggunakan semiotika Barthes untuk menganalisis tanda. Tidak salah memang bila kita menggunakan semiotika dari Barthes. 

Baca juga: Filsafat Semiotika Ogden dan Richards

Tapi sebenarnya perlu kita lihat lagi apa goals yang hendak dicapai dari penelitian ini. Bila tidak hendak menyentuh pada tahap mitos, maka kita busa menggunakan Saussure yang lebih sederhana, sekedar membaca tanda. Namun bila memang hendak menemukan mitos dalam tanda, maka memang Barthes adalah jawabannya.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun