Mohon tunggu...
June
June Mohon Tunggu... Freelancer - nggak banyak yang tahu, tapi ya nulis aja

Pengamat

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ragam Kopi dan Selera

13 Maret 2018   11:40 Diperbarui: 13 Maret 2018   11:40 795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: tokopedia

Kopi merupakan komoditi yang memiliki banyak pecintanya. Pecinta kopi datang dari berbagai belahan dunia. Kopi pun datang dari berbagai belahan dunia. Lain tempat asalnya, lain karakteristiknya, lain jenisnya, lain namanya, dan lain juga harganya. Keberagaman kopi ini juga berdampak pada penikmatnya. Keberagaman kopi membuat penikmat kopi yang beragam, baik dalam kesukaan pada jenis kopi tertentu, rasa tertentu, atau bahkan pada cara penyajian dan menikmatinya. 

Seiring majunya teknologi produksi pangan, kopi yang dulunya bila hendak dinikmati dengan cara manual, kini muncul kopi dalam kemasan (baca: instan), yang umumnya sudah disertai gula dan bahan tambahan lainnya. Maklum saja, ada yang suka dengan rasa aslinya yang pahit, asam, atau yang tidak suka keduanya menambahkan gula ke dalam kopi. Tak berhenti sampai di situ, produsen kopi kemasan juga membuat produk kopi kemasan dengan berbagai formulasi atau racikan. Seperti penambahan cream, persentasi kandungan biji kopi, gula, coklat, dan lain-lain. 

Bagaiamana konsumsinya tentu soal selera masing-masing.

Ada yang bilang kalau minum kopi sachet , itu bukan minum kopi. Apa iya? Pastilah pernyataan itu dikeluarkan dan disetujui oleh mereka yang pecinta kopi dengan penyajian manual, dan bukan konsumen produk kopi instan. Peryataan seperti itu sebenranya adalah bentuk pengejekan halus terhadap mereka yang mengonsumsi kopi instan. Mereka yang mengonsumsi kopi instan tentu mengonsumsi kopi instan karena mereka menyukainya, sebagaimana mereka yang mengonsumsi kopi dengan penyajian manual menyukai kopi yang seperti mereka konsumsi. 

Lantas, apakah harus diperdebatkan hal seperti ini? saya rasa tidak. Anda mau menjadikan kopi sebagai bahan pemicu konflik yang kekinian? jangan dong, hehehehe :D 

Tiap orang bebas menikmati kopi dengan selera dan caranya masing-masing. Kopi itu sakral teman, kesakralannya ada antara kopi itu sendiri dengan mereka yang mengonsumsinya. Dan jangan mempolitisasi kopi ya, KARENA KOPI ITU SAKRAL, KARENA SAKRAL PUSAK PUSAK DULU ;)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun