Heteronormatif merupakan pandangan masyarakat bahwa kodratnya (mutlak) bahwa pasangan adalah antara laki-laki dan perempuan. Pandangan heteronormatif melihat dan memisahkan beberapa sifat ke dalam dua kelompok gender, yakni maskulin dan feminin. Heteronormatif memberi pandangan kepada individu yang mengadopsi pandangan ini bahwa laki-laki haruslah maskulin, dan perempuan haruslah feminin. Maskulin mencakup: gagah, pekerja keras, kuat, rasional. Feminin mencakup: pengasih, lemah-lembut, URT (urusan rumah tangga), emosional.Â
Setiap individu merupakan pribadi yang unik, memiliki ciri fisik maupun personalitas yang beragam. Namun, oleh pandangan heteronormatif keunikan yang alami ini menjadi hilang. Pandangan heteronormatif menolak adanya penyimpangan sifat maskulin pada seseorang yang lahir dengan jenis kelamin laki-laki, ataupun "ketidak-hadiran" sifat feminin pada diri seseorang dengan jenis kelamin perempuan. Pandangan ini terus saja direproduksi dengan tetap sama seperti pada mulanya.Â
Dalam pandangan ini merupakan hal yang tidak normal bila:Â
- seorang pria lemah-lembut (kemayu)
- seorang pria mengerjakan pekerjaan rumah tanggaÂ
- seorang pria berdandan
- seorang wanita melakukan pekerjaan keras/kasarÂ
- seorang wanita berkarirÂ
Imbas dari tekanan dan tatapan pandangan heteronormatif membuat seseorang yang alaminya bertindak seperti X, harus melakukan fittingdengan pandangan yang dipakai masyarakat ini agar mereka tidak tergilas dan terinjak oleh ganasnya dunia sosial yang kolot".Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H