Mohon tunggu...
Junjung Widagdo
Junjung Widagdo Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 1 METRO, LAMPUNG

Untuk saat ini menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sesat Pikir

20 Oktober 2024   16:53 Diperbarui: 20 Oktober 2024   19:04 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: HERYUNANTO untuk KOMPAS

Dari Kompas melansir dari buku Dasar-dasar Logika (2006) oleh Asnanto Surajiyo, penyebab kesesatan berpikir adalah pemaksaan prinsip logika tanpa memperhatikan relevansi. Seseorang cenderung melemahkan argumen dengan distorsi atau menarik kesimpulan yang salah. 

Dikutip dari situs Effectiviology, logical fallacy didefinisikan sebagai pola penalaran yang salah atau kekeliruan dalam pemikiran logis. Akibatnya, argumen yang disampaikan menjadi tidak valid dan tidak relevan .

Satu contoh sederhana dari kesesatan berpikir ini adalah kasus siswa yang berdalih "sudah memotong rambut" tapi tidak sesuai aturan panjang rambut. 

Dia mungkin merasa sudah melakukan tindakan yang benar berdasarkan faktanya, namun kenyataannya tidak sesuai dengan kebenaran aturan yang berlaku. 

Jika kesalahan penalaran ini tidak dikoreksi, siswa dapat tumbuh dengan kebiasaan membenarkan diri tanpa memahami esensi dari aturan itu sendiri.

Penting bagi kita sebagai guru untuk membimbing siswa agar tidak terjebak dalam kesesatan berpikir. Alissa Wahid dalam kompas.id pernah menyebut, "bener ra pener", sebuah tindakan yang memenuhi syarat formal, tetapi tidak tepat.

Kesesatan berpikir tidak hanya menyesatkan orang lain, tetapi juga dapat menyesatkan diri sendiri ketika kita mulai membenarkan yang salah dengan memutarbalikkan logika.

Pentingnya Berpikir Kritis

Keterampilan berpikir kritis (critical thinking skills) sangat penting untuk ditanamkan di ruang kelas. Kompas mengutip dalam makalah berjudul Encouraging Critical Thinking: But... What Does That Mean?, Hemming (2000) mendefinisikan berpikir kritis sebagai "kemampuan untuk menganalisis, mengevaluasi, dan menyintesis informasi untuk membuat penilaian dan keputusan yang beralasan." 

Hemming menegaskan bahwa berpikir kritis tidak hanya melibatkan keterampilan kognitif, tetapi juga sikap dan nilai seperti rasa ingin tahu, keterbukaan pikiran, dan kerendahan hati intelektual . 

Ini merupakan aspek penting yang harus dimiliki oleh setiap siswa untuk membedakan antara fakta dan opini serta kebenaran dan kebohongan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun