Mohon tunggu...
Junjung Widagdo
Junjung Widagdo Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 1 METRO, LAMPUNG

Nomine Penulis Opini Terbaik pada Kompasiana Awards 2024

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Yuk, Peluk Mereka!

21 September 2024   10:40 Diperbarui: 21 September 2024   15:30 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Dokumen Pribadi

Contohnya, di salah satu desa warisan dunia Saxon UNESCO di Transylvania, Rumania, terdapat cara unik untuk mencegah perceraian. 

Di desa Biertan, yang terkenal dengan penduduknya yang anti perceraian, pasangan yang ingin bercerai akan dikunci dalam “penjara perkawinan” untuk menyelesaikan masalah mereka (detikTravel dari BBC). Poin pentingnya adalah pemerintah juga bisa hadir dalam urusan keluarga masyarakatnya.

Saya berharap ada berbagai sosialisasi yang digencarkan untuk membuat keluarga Indonesia menjadi keluarga idaman yang paripurna. 

Mulai dari pentingnya ikatan antara orang tua dan anak, pola asuh yang baik, hingga cara mengatasi permasalahan dalam keluarga. 

Tingginya angka kekerasan dalam rumah tangga seharusnya menjadi dasar bahwa pemerintah harus hadir untuk menciptakan keluarga Indonesia yang ideal dan paripurna—penuh kasih sayang, tanpa kekerasan, dan dengan kehadiran figur orang tua.

Tidak hanya melalui sosialisasi, pemerintah juga bisa menggunakan hak prerogatifnya untuk memaksa para orang tua lebih dekat dengan anak-anaknya. 

Misalnya, dengan memasukkan penelantaran anak secara psikologis atau “fatherless” sebagai salah satu pelanggaran dalam undang-undang yang berdampak hukum bagi orang tua yang melanggarnya. 

Meskipun terdengar hiperbolis, ingatlah bahwa negara dibangun atas pondasi keluarga. Jika keluarga Indonesia berantakan, Indonesia akan hancur. Maka, sudah saatnya keluarga menjadi salah satu objek utama yang harus diperhatikan oleh pemerintah.

Pengalaman Bonding Orang Tua dan Anak
Saya sering mengajak anak-anak untuk berkegiatan bersama, seperti membersihkan rumah, mengurus hewan peliharaan, bermain game, menonton, dan beribadah bersama. 

Bonding ini saya bangun bahkan sejak mereka masih berada dalam kandungan. Saya sering berbisik seolah mengajak berdialog sejak saat mereka berada di dalam kandungan. 

Ada perasaan bersalah saat berangkat bekerja tanpa memeluk, mencium, dan berpamitan kepada mereka. Saya juga membiasakan untuk menggandeng tangan mereka saat berjalan bersama atau meletakkan kepala mereka di bahu saya. Memeluk anak menjadi ritual harian yang saya dan istri lakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun