Mohon tunggu...
Junjung Widagdo
Junjung Widagdo Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 1 METRO, LAMPUNG

Untuk saat ini menulis

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Makanan, Energi, dan Lingkungan: Mengubah Kebiasaan untuk Keberlanjutan

6 November 2023   22:00 Diperbarui: 13 November 2023   10:55 911
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: KOMPAS.com dari Dok. Shutterstock/stavklem

Terkadang, kita tidak menyadari bahwa makanan yang tidak habis bukan hanya memboroskan sumber daya alam, tetapi juga energi yang digunakan dalam proses pembuatannya.

Saya selalu mengingatkan kepada kedua anak saya dengan sebuah pelajaran yang berharga: "Habiskan makanan, ambil seperlunya, jangan mubazir." Terkadang, kita tidak menyadari bahwa makanan yang tidak habis bukan hanya memboroskan sumber daya alam, tetapi juga energi yang digunakan dalam proses pembuatannya.

Konsep ini perlu dilihat sebagai bagian dari keseluruhan masalah pemborosan energi dan sumber daya alam. Jika kita hanya fokus pada hal-hal seperti mematikan lampu, mencabut charger, atau menghemat air, sementara kita tetap membuang makanan secara berlebihan, kita akan melewatkan dampak besar yang bisa ditimbulkannya. 

Kebiasaan ini bisa menjadi bola salju yang mengganggu ketahanan pangan dan menghabiskan sumber daya alam sebagai bahan energi didalam penyajian berbagai makanan jika dilakukan oleh jutaan keluarga. 

Mungkin saat hanya mengamati satu contoh atau individu, kita merasa bahwa masalah ini terlalu sepele, namun cobalah membayangkan jika kebiasaan buruk ini dilakukan oleh 270 juta jiwa di Indonesia.

Semua jenis makanan melibatkan proses energi dalam pengolahannya, termasuk listrik, gas, dan berbagai sumber daya alam. Bayangkan berapa jumlah listrik, gas yang terbuang jika kebiasaan ini menjadi kebiasaan di kalangan jutaan orang. 

Kita juga harus mempertimbangkan betapa banyak bahan bakar fosil dan sumber daya alam yang terbuang percuma hanya untuk memasak makanan yang akhirnya dibuang.

Maka, melalui opini ini, saya mengajak kepada 88 juta keluarga di Indonesia untuk menjadikan rumah kita sebagai rumah hemat energi dengan memulainya melalui kesadaran tentang makanan. 

Meskipun energi sering kali diidentikkan dengan listrik atau bahan bakar minyak, kita tidak boleh melupakan bahwa makanan seperti nasi, sayur-sayuran, dan lauk pauk juga merupakan bentuk energi yang memerlukan energi dalam proses penyajiannya. Semua ini terlibat dalam siklus perpindahan energi yang penting untuk keberlangsungan kehidupan.

Untuk itu, izinkan saya berbagi kisah perjalanan keluarga kami yang menjadikan rumah kami sebagai rumah hemat energi melalui kesadaran tentang makanan. 

Berikut adalah beberapa langkah yang kami terapkan di rumah tangga kami untuk menjadikan rumah kami sebagai rumah hemat energi sebagai bentuk cinta terhadap energi dan sumber daya alam. 

  • Ambil Air Minum Secukupnya

Air tidak datang begitu saja, melainkan melalui berbagai proses yang juga memerlukan energi untuk memprosesnya hingga menjadi air minum yang siap dikonsumsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun