Sebagai seorang yang telah merasakan perjalanan pendidikan sebagai siswa dan guru, saya telah menyaksikan banyak perubahan kurikulum dan revisi mata pelajaran (mapel). Pergantian ini tidak hanya memengaruhi cara kita belajar dan mengajar, tetapi juga mencerminkan perubahan dalam nilai-nilai dan tantangan yang dihadapi masyarakat.
Pada masa lalu, mata pelajaran Pendidikan Moral dan Pancasila menjadi landasan penting dalam membentuk karakter dan nilai-nilai siswa. Namun, seiring berjalannya waktu, mapel ini berubah nama menjadi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Ini mencerminkan adaptabilitas sistem pendidikan dalam menanggapi perubahan dalam masyarakat.
Tidak hanya perubahan ini yang saya saksikan. Saya juga mengingat saat-saat dimana mata pelajaran Pendidikan Kesejahteraan Keluarga telah menghilang dari kurikulum saat melihat jadwal mata pelajaran anak-anak saya. Mata pelajaran yang sebelumnya penting dalam membekali siswa dengan pengetahuan tentang kehidupan keluarga dan hubungan antar-anggota keluarga saat saya SD, kini tampaknya telah disatukan dengan mata pelajaran lain.
Saya juga menyadari perubahan dalam mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Pada kurikulum 2013, TIK menjadi mata pelajaran dengan layanan pembelajaran bimbingan, di mana guru tidak lagi mengajar di kelas tetapi berperan layaknya konsultan yang memberikan bimbingan dalam pemahaman TIK. Ini mencerminkan upaya untuk membuat mata pelajaran ini lebih relevan dengan perkembangan teknologi.
Di Lampung, saya menyambut baik pengenalan mata pelajaran Pendidikan Anti Korupsi, meskipun saat ini baru tersedia untuk tingkat SMA dan perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah khususnya pemerintah Provinsi Lampung, mengimplementasikan mata pelajaran yang mencerminkan isu-isu sosial yang ada.
Dengan melihat semua perubahan ini, saya percaya bahwa sistem pendidikan kita dapat lebih responsif terhadap kebutuhan zaman. Oleh karena itu, saya ingin mengusulkan empat mata pelajaran baru yang harus dimasukkan dalam kurikulum, mulai dari tingkat TK hingga perguruan tinggi. Keempat mata pelajaran ini akan membantu siswa dalam menghadapi perubahan dan tantangan yang terjadi di masyarakat kita, yang perlu segera ditangani. Keempat mata pelajaran tersebut adalah:
- Mata Pelajaran Budi Pekerti dan Tata Krama
Kisah seorang siswa SDN Jatimulya 09, yang harus menghadapi amputasi kaki akibat tindakan "sliding" yang dilakukan teman sekelasnya, adalah peringatan nyata akan perlunya mendidik generasi muda tentang etika dan tata krama.Â
Artikel yang dilaporkan oleh Kompas.com dengan judul "Dirawat di RS Dharmais, Siswa SD yang Di-"sliding" Teman hingga Diamputasi Kondisinya Sudah Stabil" menggarisbawahi pentingnya pembelajaran nilai-nilai moral dalam pendidikan.
Mari kita bahas tentang sesuatu yang memainkan peran penting dalam membentuk karakter generasi penerus kita. Ini adalah "Budi Pekerti dan Tata Krama," yang sayangnya masih belum menjadi bagian dari kurikulum di semua sekolah sebagai sebuah mata pelajaran yang berdiri sendiri.
Kita hidup di era teknologi informasi yang berkembang pesat, di mana anak-anak kita terus-menerus terpapar oleh berbagai konten di media sosial. Maka dari itu, penting bagi kita untuk memberikan mereka panduan tentang bagaimana bersikap sopan, hormat, dan etika dalam berbagai situasi.
Pelajaran ini tidak hanya tentang cara berinteraksi dengan orang dewasa, teman sebaya, atau yang lebih muda. Ini juga tentang etika dalam berbagai situasi sehari-hari, seperti saat bertemu orang di jalan, saat makan bersama, atau ketika harus mengantre.
Selain itu, mata pelajaran ini juga akan mencakup isu-isu penting yang relevan, seperti perundungan, kesehatan reproduksi remaja, keberagaman, dan etika terhadap lingkungan. Mengapa ini penting? Karena kita memiliki banyak kasus yang berkaitan dengan tata krama, pelecehan seksual, perundungan, bahkan terorisme di seluruh negeri.