Mohon tunggu...
Junjung Widagdo
Junjung Widagdo Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 1 METRO, LAMPUNG

Nomine Penulis Opini Terbaik pada Kompasiana Awards 2024

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Gagal Praktik Amanat Tujuan Pendidikan Nasional

30 Agustus 2022   21:12 Diperbarui: 30 Agustus 2022   21:24 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Angelina Litvin on Unsplash   

Di sekolah-sekolah umum (negeri ataupun swasta) penerapan tujuan pendidikan ini seperti menjadi tanggung jawab pribadi masing-masing, masing-masing siswa dan masing-masing guru, walaupun ada juga sekolah umum yang telah memberikan porsi tersendiri untuk kegiatan peningkatan IMTAQ ini. 

Salah satu contoh adalah di sekolah kami, pada tiap pagi sebelum pembelajaran di kelas, mulai pukul 06.45- 07.15 ada kegiatan keagamaan  yang kami lakukan sesuai dengan agama dan kepercayaanya masing-masing. 

Berikutnya bagi siswa yang beragama Islam secara mandiri siswa melaksanakan sholat duha pada istirahat pertama yaitu pukul 10.00 - 10.15 dan sholat Luhur dan Ashar sesuai dengan waktunya. 

Tetapi kegiatan keagaaman di atas sebagai point utama dalam pengembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa ini bukanlah point wajib, tapi hanya point pilihan bagi peserta didik, tidak ada kewajiban, tidak ada hukuman, tidak ada instruksi untuk melaksanakan kegiatan ini. 

Bagi yang mau ya melaksanakan, bagi yang tidak mau tidak ada hukuman, dan ternyata lebih banyak peserta didik yang tidak melaksanakan kegiatan ini (sholat duha, luhur, ashar), mereka justru lebih banyak berada di kantin atau sekedar tiduran di kelas. 

Point dari tujuan IMTAQ ini akan berhasil ketika pemerintah menetapkan di dalam keputusannya ruang waktu tersendiri saat kegiatan belajar mengajar di kelas. 

Artinya ini menjadi kewajiban yang harus dilaksanakan, masuk dalam penilaian sikap yang terukur dan terencana dengan baik. Bagi yang tidak melaksanakan mendapatkan teguran, bagi yang melaksanakan mendapatkan penghargaan tersendiri dari guru. 

Melalui pengintegrasian point IMTAQ di dalam kegiatan belajar mengajar terkesan selama ini hanya menjadi "sisipan", jadi guru hanya memberikan narasi sederhana tentang penguatan IMTAQ ini, ini masih mending daripada menetapkan point IMTAQ ini sekedar tertulis di rencana pelaksanaan pembelajaran dan di aplikasikan dalam bentuk doa pembuka serta penutup pelajaran. 

Jika point IMTAQ ini tetap menjadi point yang harus dilakukan secara mandiri, maka wajar jika nanti akan banyak generasi-generasi bangsa ini yang cakap dalam pengetahuan tapi mundur dalam aspek Iman dan Taqwa kepad Tuhan Yang Maha Esa.

Menunggu pemerintah untuk merivisi atau mengeluarkan peraturan kembali terkait IMTAQ sepertinya perjalanan yang mungkin tidak akan singkat, yang mungkin bisa kita lakukan sebagai guru di sekolah yaitu kita selalu berusaha mengintegrasikan seluruh kegiatan kita ketika di sekolah dengan point IMTAQ, memberikan penugasan membaca Al Quran ataupun sesuai dengan kitab suci masing-masing ketika siswa terlambat.

Memberikan himbauan saat istirahat pertama untuk melaksanakan sholat duha, mewajibkan seluruh siswa laki-laki untuk sholat di masjid, menegur siswa yang tidak melaksanakan sholat berjamaah, mengecek siswa apakah sholat subuh berjamaah, ataupun meminta siswa untuk menghapalkan salah satu surat di dalam Al Quran saat siswa tersebut melakukan pelanggaran tata tertib. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun