Mohon tunggu...
Junjung Widagdo
Junjung Widagdo Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 1 METRO, LAMPUNG

Untuk saat ini menulis

Selanjutnya

Tutup

Diary

Di Kala Jabatan dan Posisi adalah Modal

27 Agustus 2022   22:55 Diperbarui: 5 September 2022   19:11 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Di kala jabatan dan posisi adalah modal, bukan amanah yang diemban sebagai hamba Tuhan, maka di sanalah rusak binasa... "

dikutip dari komentar bapak Sucahyo AdiSwasono pada artikel penulis "Pelajaran dari Bintang Jatuh" yang tayang pada 25 Agustus 2022. 

Kalimat itu sederhana tetapi memunculkan realita dari keadaan yang sebenarnya sedang terjadi di negeri kita tercinta. Belum selesai dengan kasus yang menggegerkan publik bahkan menjadi berita nasional yang selalu diputar di layar kaca tentang jenderal bintang dua yang dengan teganya melenyapkan nyawa ajudannya. Kini publik menjadi gempar lagi dengan berita tangkap tangan seorang rektor perguruan tinggi negeri di Lampung oleh Komisi Pemberantasan Korupsi di sinyalir terkait dugaan korupsi penerimaan mahasiswa baru jalur mandiri pada perguruan tinggi negeri tersebut. 

Penulis pernah berada dalam satu forum dengan beliau pada saat Dialog Kebangsaan dengan tema "Harmonisasi Bangsa" bersama Kepala Sekolah se-Provinsi Lampung, di Balai Keratun Lt.III, pada Sabtu 18 Desember tahun 2021 kemarin, bahkan penulis menjadi salah satu peserta yang beruntung karena penulis mendapatkan doorprize dari panitia karena mampu menjawab pertanyaan dari salah satu pemateri yaitu bapak Brigjen Pol Ahmad Nurwakhid Direktur Pencegahan BNPT.  Kalau tidak salah pada saat itu pak Rektor adalah ketua dari Forum Rektor Penguat Karakter Bangsa (FRPKB) yang membawahi 48 perguruan tinggi se Indonesia, beliau menjadi salah satu pemateri saat kegiatan tersebut. 

Penulis merasa terkesima atas paparan dari pak Rektor tersebut, begitu lugas, bersemangat, dan ilmiah, semua materi yang disampaikan berdasarkan dari data-data hasil penelitian dan kajian literatur berbagai sumber, beliau mengingatkan akan bahaya terselubung dari radikalisme dan terorisme. Bahkan setiap bait kata yang meluncur dari paparan beliau adalah informasi baru dan semangat baru bagi kami yang saat itu juga mendengarkan paparan beliau secara seksama, membuat kami yang mendengarkan menjadi lebih mawas diri dan pendam janji dalam hati kecil untuk memerangi segala bentuk radikalisme dimanapun berada. Sungguh tidak disangka jika seminggu yang lalu ternyata beliau terjaring dalam OTT KPK di Bandung. 

 Terjaringnya pak Rektor dalam OTT KPK tersebut mencederai dunia pendidikan dalam hal ini adalah perguruan tinggi dimana seharusnya tempat tersebut adalah wadah bagi seluruh generasi bangsa untuk belajar bagaimana agar berpikir dan bertindak lebih maju, nyatanya tindakan beliau justru jauh dari mencerminkan bagaimana untuk berpikir dan bertindak lebih maju. Apalagi di era sekarang ini, selalu di dengungkan di manapun bahwa setiap generasi bangsa harus memiliki ketrampilan abad 21 salah satunya adalah critical thingking yaitu kemampuan untuk berpikir secara jernih dan rasional tentang apa yang harus dilakukan atau apa yang harus dipercaya (barki.uma.ac.id). Sepertinya semuanya menjadi omong kosong ketika nafsu duniawi sudah menggelora di dada.

Sebenarnya bisa jadi kasus ini hanya satu saja dari banyak kasus lain di dunia pendidikan yang baru terungkap, bisa jadi ya, karena melihat kadang mental bangsa kita ini adalah mental-mental pencari jalan pintas dengan menghalalkan segala cara. Sudah menjadi rahasia umum pada setiap lini kehidupan bangsa ini ada saja praktik-praktik kotor demikian, jadi ini bisa jadi masalah mental bangsa kita ya, dari beberapa sumber bahkan disebutkan sebenarnya mental ini warisan dari penjajah, sejak jaman penjajahan dulu, sejak jaman Gubernur Hindia Belanda Daendels membangun jalan raya Anyer Panarukan yang disebut sebut sebagai kerja rodi; tapi ternyata ini masih menimbulkan kotroversi sampai sekarang, beberapa fakta yang dihimpun adalah sebenarnya pada pembangunan jalan raya Anyer Panarukan tersebut para pribumi seharusnya mendapatkan upah, tetapi upah yang diberikan tidak sampai kepada penduduk pribumi. 

Tapi hal itu tidak lantas menjadi pembenaran untuk setiap praktik kotor tersebut karena sebenarnya tiap kita adalah seorang yang merdeka sekarang, seharusnya mampu memikirkan segala akibat dari tindakan yang kita lakukan. 

Dalam tiap tahunnya KPK selalu mendapatkan kasus-kasus yang baru, tapi yang mengherankan adalah bagaimana kasus tersebut tiap tahun selalu bermunculan dengan wajah-wajah baru pula. 

Di zaman sekarang ini dengan kecepatan perkembangan teknologi informasi yang luar biasa seharusnya tiap-tiap orang akan selalu tahu tentang update dari pergerakan lembaga anti rasuah ini, siapa yang ditangkap dan dengan kasus apa yang ditangkap. Tapi ternyata setiap kasus yang terjadi tidak menjadi pembelajaran bagi yang lain, pasalnya tiap tahun ada wajah baru yang tertangkap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun