Mohon tunggu...
Junita Nita
Junita Nita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hoby saya make up/make up in orang kepribadian saya ramah suka bersosialisasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Empati suatu proses emosional perkembangan moral manusia

18 Januari 2025   12:24 Diperbarui: 18 Januari 2025   12:24 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Teori Empati Martin Hoffman

Martin Hoffman adalah seorang psikolog perkembangan yang terkenal dengan teorinya tentang empati. Hoffman melihat empati sebagai suatu proses emosional yang sangat penting dalam perkembangan moral manusia. Dalam pandangannya, empati bukan hanya suatu respons emosional terhadap perasaan orang lain, tetapi juga mencakup kemampuan untuk memahami dan merasakan apa yang dirasakan orang lain. Teori empati Hoffman banyak berfokus pada bagaimana empati berkembang pada anak-anak, serta dampaknya terhadap perkembangan sosial dan moral.

1. Definisi Empati Menurut Hoffman

Empati menurut Hoffman adalah kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan orang lain. Hoffman membedakan antara dua jenis empati, yaitu empati kognitif dan empati emosional. Empati kognitif merujuk pada kemampuan untuk memahami perspektif orang lain dan mengetahui apa yang mereka rasakan. Sedangkan empati emosional berkaitan dengan kemampuan untuk merasakan perasaan orang lain, baik itu perasaan kesedihan, kegembiraan, atau penderitaan.

Hoffman menganggap empati sebagai elemen kunci dalam pembentukan perilaku moral dan sosial, karena dengan memiliki empati, seseorang dapat memahami perasaan orang lain dan, dengan demikian, bertindak dengan cara yang memperhatikan kesejahteraan orang lain.

2. Perkembangan Empati pada Anak

Salah satu kontribusi besar Hoffman terhadap psikologi perkembangan adalah pemikirannya mengenai bagaimana empati berkembang pada anak. Menurutnya, empati berkembang dalam tahap-tahap tertentu sepanjang masa kanak-kanak. Hoffman mengidentifikasi beberapa tahapan perkembangan empati sebagai berikut:

  • Tahap Empati Egois (Empathy for Distress): Pada awal kehidupan, sekitar usia 1-2 tahun, anak-anak mulai menunjukkan respons empatik pertama mereka, yang masih bersifat egois. Ketika mereka melihat orang lain terluka atau kesakitan, mereka mungkin merasa tertekan dan menangis, tetapi mereka tidak sepenuhnya memahami bahwa perasaan orang lain itu berbeda dari perasaan mereka sendiri. Reaksi ini lebih dipengaruhi oleh keinginan untuk menghindari rasa sakit mereka sendiri daripada keinginan untuk membantu orang lain.

  • Tahap Empati Tingkat Lanjut (Empathy for Others): Sekitar usia 3-4 tahun, anak-anak mulai mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang perasaan orang lain. Mereka mulai memahami bahwa perasaan orang lain dapat berbeda dengan perasaan mereka sendiri, dan mereka mulai merespons dengan lebih empatik terhadap situasi orang lain. Pada tahap ini, anak-anak dapat menunjukkan keprihatinan terhadap orang lain, meskipun mereka mungkin masih tergantung pada orang dewasa untuk memberi petunjuk tentang cara merespons.

  • Empati Sosial (Empathy for the Situation): Seiring dengan perkembangan kognitif, anak-anak mulai mampu memahami situasi yang lebih kompleks dan menunjukkan respons empatik terhadap orang lain dalam konteks sosial yang lebih luas. Pada tahap ini, anak-anak dapat mengidentifikasi dengan perasaan orang lain, terutama dalam situasi yang lebih beragam dan kontekstual. Mereka dapat memahami penderitaan atau kebahagiaan orang lain dan meresponsnya dengan lebih tepat.

  • Empati Moral: Pada usia yang lebih matang, anak-anak mengembangkan kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan orang lain dalam konteks moral dan etika. Mereka mulai menunjukkan empati tidak hanya sebagai respons emosional, tetapi juga sebagai dorongan untuk berbuat baik dan membantu orang lain, bahkan tanpa mengharapkan imbalan atau perhatian. Ini adalah tahap perkembangan empati yang lebih matang, yang memungkinkan mereka untuk berpikir tentang dampak perilaku mereka terhadap orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun