Guru TK waktu kecil berkisar 1 s/d 5 tahun yang mengajarkanku menulis dan membaca adalah orang tua ku sendiri yaitu ibunda tercinta dan ayahanda yang mendorongku semangat belajar dengan membelikanku pesawat terbang yang terbuat dari kayu ulin yang padat kuat dan kokoh anti rayap, anti jamur, dan anti berkarat, layaknya berat seperti besi campur baja yang telah menua hitam pekat, makin basah makin kuat, makin kering makin padat itulah kayu ulin si baja beton,
Kemudian umurku jelang 6 s/d 10 aku di antar kesekolah SD NEGERI MATA IE NO. 1 ULEETUY ACEH BESAR, aku di didik oleh ibu Mariam, Syarifah, Fatimah, dkk yang sekarang sebahagian dari beliau-beliau ini ada yang sudah wafat. Dengan didikan yang bagus dan baik, disiplin, dan bertanggungjawab,Â
Akhirnya pada waktu itu aku mendapat juara ranking nomor 1 (satu) di kelasku dan dapat hadiah buku tulis dan perangkat menulis, aku sangat bahagia dan senang sekali pada masa itu, dan kepala sekolah bersepakat dengan guru pembimbing serta wali kelas untuk langsung menaikkan ku kelas melompati teman temanku berlanjut ke kelas 3 (tiga),
Setelah tamat SD, umur 11 s/13 terus aku melanjutkan ke SMP NEGERI 1 DARUL IMARAH LAMPEUNEURUT ACEH BESAR, disitu aku didik oleh ibu/bapak, bu Siti, pak Jasmin, pak Nazar, dkk, dari hasil didikan tersebut aku terlatih bermental keras,Â
Guna menghadapi masa depan yang akan datang di masa kami, Â dan itu terbukti sekarang, dengan didikan dan binaan beliau-beliau, bersyukur inilah aku sekarang menjadi seperti diriku sendiri sekarang ini, dengan karakter semangat ibarat amphibi yang bisa hidup di dua jenis tempat, baik di darat maupun di air, dan itu perlu latihan semenjak dini,
Lulus dari SMP, 14 s/d 16 aku melanjutkan ke SMU MUHAMMADIYAH SETUI BANDA ACEH dan akhirnya macet pulak sekolahku, karena aku lebih suka turun kejalanan mencari teman bergaul bersama teman anak anak pasaran,
Seperti kata "Chairil Anwar - Binatang jalang dari kumpulannya terbuang!", dari umur 17 s/d 19 selama 2 (dua) tahun tak mau pergi ke sekolah lantaran asik bermain dengan teman-teman dipasar jalan Diponegoro yang terkenal syaraf dengan tawuran anak anak sekolah pada masa itu, semua cerita tersimpan dalam memoriku, bagaimana enaknya hidup dijalanan?!
Setelah capek bermain tak terasa 2 (dua) tahun seperti waktu cuma 2 (dua) hari saja, umur 20 s/d 23 kembali aku berniat mau sekolah, dan itu kemauan ku sendiri untuk belajar lagi,
Terus ku lanjutkan ke jurusan kelas IPA pada SMU CHIK KUTA KARANG KEUTAPANG BANDA ACEH - ACEH BESAR, disitu aku di didik oleh bapak/ibu, pak Kamil, dkk , dengan tempahan didikan beliau-beliau inilah aku dapat mengartikan tentang arti sebuah kehidupan,
Kelulusan dari SMU sangat menyenangkan, dan berakhir penasaran, lalu merantau di Jakarta selama 2 (dua) tahun dan ternyata hidup itu dijalanan lebih parah lagi di banding di pasar tempatku tinggal,Â
berbagai hiruk pikuk masyarakat arah Menteng ke Pasar Minggu dengan angkutan umum di dalam bus Metro Mini, aku mengamen menyanyikan lagu ke Jakarta aku kan kembali.., dan menadah kantong kresek bekas permen untuk menampung uang recehan sumbangan para penumpang, dan hal ini sangat mengasikkan jika hidup di Jakarta pada masa itu bagi orang orang yang sudah bebas finacialnya,