Kalau ngomongin tingtung, bukan lagi tingtung yang berbunyi, malah handphone berbunyi penthungan, thung..,, thung.., thung.., sangking berisiknya bunyi handphone dikala istirahat, rasa-rasanya pengen kenak penthungan itu sipenelpon..,Â
Eh.. ternyata Bos kantor yang nelpon minta temani bawa uang sekoper ke tempat patnershipnya,Â
Ditolak kagak nak, ditemani juga da nak, meski kadang karyawan perlu kerja dari pada diganti risend, mending mengikuti apa kata Bos, ikuti?!
Kadang kesal ada juga dibilang tak punya otak, pendidikan tinggi, pangkat, jabatan, manager dan uang segepok brankas di kantor, di ikuti salah,Â
tidak di ikuti makin tambah salah, kalo gitu.. mending jadi bajak sawah bersama kerbau melangai, dari pada seperti sapi sering acjap kali di perah,
Kalau dibiarkan makin jengkel, apalagi posisi yang nelpon bos kantoran, walah-weleh menggeleng tambah runyam jika tak di angkat telpon dari bos,Â
pastinya besok terdengar kata atau kalimat "masih mau kerja?, kalau tak mau lagi ngomong kenapa handphone kemaren tidak diangkat?!"
Kalau dibilang dilema bukan lagi kepalang puyeang, malah bikin masalah menjadi dilema penyakit yang berkepanjangan alias traumatik syaraf,
Ya work-life balance perlu itu agar enjoy dan rikeks melepas lelah dalam bekerja, maksudnya standar delapan jam kerja sesuai kontrak sudah itu, dan tak baik pulak jika ditambahin jam di luar jam kantor,Â
Work-life balance diperlukan untuk menyeimbangkan fikiran, tubuh, agar tak meukulat atau berlumut kering total, yang dapat menjamur jadi gatal gara jamur-ragan-bos,
Semua negara maju telah menetapkan jam kerja yang sangat fleksibel, tepat, efektif, dan tentunya itu walaupun ada kerja lembur di kantor, hitungan tetap jam lembur dan dibayar sebagai voucher bonus bsgi karyawan yang kerjanya melebihi jam kantor, sesuai dengan SOP Ketenagakerjaan wajib hukumnya,