Sebagai musisi yang handal tentunya mengucapkan suka cita atas kepergian para masing masing idolanya, dan hal tersebut menjadi fans yang sangat fanatik dengan masing-masing aliran jenis musiknya.
Di Indonesia Band ternama GodBles dan di dunia The Beatles, yang semuanya itu memiliki peran dan khas citra rasa bagi etnomusicology sendiri.
Jadi kalau boleh Kompasianer menyarankan Blues nGeJazzy sambil ngeDut saja di Indonesia, mangapa?, karena 70% dari masyarakat Indonesia masih menyukai dangdung yang sekarang ini sudah trend di musica yaitu HouseDhangDhut.
Jadi siapa saja boleh memilih genre musiknya, dengan berpedoman pada teks penulisan yang mengedukasi dan kritis seperti aBang Iwan Fals yang melegend khas pada sosial kemanusian dan masyarakat.
Banyak juga musik pop di Indonesia yang hanya digemari semusim lalu punah tak bergeming lagi, hal ini menjadikan para produsen music mencari music baru yang digarap seperti kacang kenudian dijual kembali dipasar dengan kepingan kaset CD dan dulunya itu dengan kaset pita,Â
sekarang ini dan sudah lama berjualan karya dengan flashdisk,Â
dan mungkin tak lama lagi penjualan itu menggunakan sistem digital yang mana jika penikmat musik mau mendengar musik kesukaannya harus membayar terlebih dahulu,Â
hal ini bertujuan untuk melindungi penyebaran karya hak cipta yang semena-mena dilakukan oleh tengkulak musik untuk menjual karya orang lain tanpa diketahui oleh pemilik karya hak cipta,Â
dan salah satunya tengkulak yaitu username YOUTUBE yaitu pengguna yang secara bebas dan besar-besaran mengizinkan menggunakan karya hak cipta orang lain tanpa ada melalukan pemberitahuan dulu kepada pihak pemilik hak cipta karya sesungguhnya,Â
walaupun YOUTUBE sudah membuat peraturannya dalam hal karya cipta, namun tengkulak ini masih saja mencari monenitasi melalui dengan cara mengambil karya orang sembarang dan terus menguploadnya?!,