Mohon tunggu...
SIAHAAN JUNIOR TERNAMA
SIAHAAN JUNIOR TERNAMA Mohon Tunggu... Freelancer - aku adalah Tanah

Baca dengan mata/rasa dengan pikiran/karena aku adalah tanah yang mendambakan bacaan dan tulisan/ karya sastra sebagai bumbu kehidupan///Onesimus

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dapur Pahlawan

10 November 2018   21:46 Diperbarui: 10 November 2018   22:21 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: boenesaja.blogspot.com

"Lusa, siapa pahlawanmu, Nak?"

Jawabku kemudian nyeplos, Ibuku mempermainkan emosi si bungsunya, dari sudut bibirnya ia menarik sinis mendekati senyum dan tawa, "Emmm...Mamak adalah pahlawanku lusa. Masakan Mamak enak. Kalau di Sekolah selalu terbayang masakan lezat karya Mamak, aku selalu segera mungkin menyelesaikan soal demi soal yang diberikan Ibu maupun Pak Guru pada jam-jam akhir. Agar mereka memberikanku lebih dahulu pulang. Itu pun kalau jawabanku benar. Mamak adalah Pahlawanku, lusa dan selamanya."  Dengan nada keras dan tegas, untung saja Bapakku tak mendengarnya, atau berpura-pura tidak menggubris percakapan pagi kami.

Waktu sudah menunjukkan pukul enam pas. Aku diperintah Ibu membasuh diri dan segera mempersiapkan diri agar tak terlambat sampai di Sekolah. Hari ini aku pergi ke Sekolah bersama Bapak. 

Karena sepekan lalu, aku baru saja mengirim surat ke semua Guru di Sekolahku, tak terkecuali Kepala Sekolahku, atas namaku Juma sebagai wali dari teman-teman karibku bersama seluruh siswa-siswi kelas tiga yang dalam surat kutulis nama mereka satu per satu, bahwa dalam keadaan tidak sehat suasana hati dan jiwa kami semua, sehingga dalam surat tersebut kuminta agar Guru-guru dan Kepala Sekolah membiarkan kami bermain olahraga apa saja di halaman sekolah sesuai fasilitas yang ada di sekolah. 

Surat panggilan ketiga pun dilayangkan ke Ayah dan Ibuku sebagai Orang tua kandungku atas perbuatan amoral (pelanggaran berat) menurut hasil sidang Kepala Sekolah dan Guru-guruku. Aku masih punya nyali untuk datang ke Sekolah dan belajar Matematika bersama Ibu Guru kesayanganku, Ibu Guru Dahlia. Sungguh asyik, bermain sekaligus belajar. 

Sungguh sirik, mereka yang tak mampu demikian. Merdeka anak petani, Merdeka anak-anak Desa. Ibu Dahlia, aku mengagumi keilmuan Matematikamu, kelak aku akan menjadi penggantimu, kuajak siswa-siswiku belajar melewati dinding batas-batas kelas, mengenal tanah, air, dan udara Indonesia. Memerdekakan anak-anak dengan pembelajaran Matematika bersama etika moral kehidupan semestinya. Bu Dahlia yang kucintai, di Tempat.

Bantul, 10 November 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun