Mohon tunggu...
Junio Richson Sirait
Junio Richson Sirait Mohon Tunggu... Administrasi - Kapan ya Jadi Moderator 😅

Berusaha dari hari ke hari memberikan yang terbaik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Final and Binding: Meninjau Kelayakan Akan Sikap dan Keputusan Pemimpin

23 Desember 2020   07:29 Diperbarui: 23 Desember 2020   07:31 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sadar atau tidak sadar semua orang pada dasarnya di ciptakan Tuhan menjadi seorang pemimpin. Mereka dapat melakukan segala sesuatu adalah bukti kongkrit bahwa ia sesungguhnya adalah pemimpin. Namun ironisnya setiap orang sepertinya kurang menyadari hal tersebut sehingga seringkali mendiskreditkan dirinya sendiri.

Berbeda dengan hal tersebut, seorang yang memiliki kedudukan yang bisa kita katakan tinggi, memiliki hal yang unik bahwa mereka seringkali tidak lupa bahwa mereka adalah sosok pemimpin. Mereka mengendalikan segala sesuatu dengan kedudukannya sebagai seorang pemimpin. Tetapi, yang unik dari pada mereka adalah bawah mereka kurang mengerti posisi pemimpin yang ia dapat itu bukanlah hanya karena kedudukan semata tetapi karena kasih karunia dari pada sang pencipta juga.

Final and binding, adalah keputusan pertama dan terakhir yang sering kita temukan pada kepemimpinan yang cenderung otoritatif. Mereka sering kali tidak mempedulikan masukan orang lain, dengan menganggap dirinya adalah superior, padahal mungkin ia adalah junior.

Ada cerita unik. Seorang yang bergelar doktor menganggap orang yang pendidikannya jauh dari padanya adalah pribadi yang tidak mungkin mengerjakan apa yang ia kerjakan. Sehingga doktor ini mengatakan kepada orang yang dianggap rendah itu dengan kalimat "jikalau engkau tidak punya kapasitas di bidang itu serahkanlah itu kepada orang lain."

Kalimat yang di ucapkan oleh seorang doktor tersebut sontak membuat anak itu menjadi sedih dan menceritakannya kepada kakaknya. Kakaknya pun kaget mendengar hal itu, sehingga bertanya-tanya apakah ada kesalahan yang dibuat sehingga ia dapat melakukan itu kepadamu. Anak itu pun menjawab tidak. Lalu kenapa? Sahut kakanya. Ia menjawab tidak tahu.

Dari kisah tersebut kita dapat belajar mengenai karakteristik seseorang, ada yang merasa bahwa dirinya adalah pemimpin oleh karena status yang ada pada dirinya dan ada juga orang yang tidak merasa pemimpin karena tidak punya status seperti penghinanya, menganggap dirinya bukan siapa-siapa, padahal, hal yang dikerjakan itu adalah pekerjaan yang sama dan kedudukan mereka juga sama.

Refleksi Diri

Semua orang telah diberikan status pemimpin oleh sang pencipta, maka tidak ada alasan bahwa-kita dapat memagahkan diri dan merendahkan diri karena tindakan itu adalah tindakan yang sama dengan menghina Tuhan.

Penutup

Kepemimpinan yang mulia bukanlah kepemimpinan yang diwujudnyayakan dengan berwacana saja tetapi dengan hasil kerja juga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun